Kondisi ini yang kira-kira terjadi oleh produsen SIM card lokal. Terkadang, mereka dipandang sebelah mata, termasuk di dalam negeri. Padahal secara kualitas, hasil kreasi putra-putri bangsa ini tak kalah dari para penguasa pasar.
Perusahaan lokal yang membuat SIM card salah satunya adalah Xirka Silicon Technology yang menggandeng sumber daya manusia mumpuni dari Pusat Antar Universitas (PAU) Mikroelektronika Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam merancang chip.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trio menjelaskan, rancangan SIM card sudah menjadi standar internasional dan timnya pun sudah melakukan tes tersebut. "Saat ini kami juga sedang mengembangkan SIM card dengan fitur yang lebih kaya. SIM card yang sedang kami kembangkan tidak hanya dapat digunakan untuk menelepon, tetapi juga untuk bertransaksi menggunakan teknologi contactless (Near Field Communication-NFC)," paparnya.
Β
CEO Xirka Sylvia Sumarlin menambahkan, quality control dan serangkaian tes sudah menjadi menu wajib bagi pembuat SIM card. "Jadi kualitas muncul dari serangkaian tes yang telah kami lewati, yang berbeda adalah programming terhadap SIM card-nya," lanjut mantan Ketua Asosiasi Jasa Internet Indonesia (APJII) ini.
Bahan baku pembuatan SIM card adalah silikon dimana untuk Xirka masih mengandalkan suplai dari Singapura. "Indonesia tak punya pabrik silikon, dan di dunia yang punya pabrik Silikon itu juga tak lebih dari 10 negara. Pembangunan pabrik chipset itu makan biaya luar biasa jadi hanya negara-negara tertentu yang punya pabrik chipset," jelas Sylvia.
Pada tahun 2008, rancangan chip Xirka sukses menjadi juara pertama Asia Pasific ICT Alliance Award (APICTA). Hasil akhir dari rancangan tersebut berupa Chip Layout dalam bentuk Photomask yang siap dicetak di atas silikon.
SIM card rancangan Xirka dilengkapi dengan prosesor yang menjamin dapat berkomunikasi dengan BTS berbagai operator dengan standard GSM. Termasuk adanya security engine, seperti DES, 3DES, Secured Memory Bus, True Random Generator dan berbagai teknik pengamanan lainnya.
"SIM card ini juga dilengkapi Internal Flash Memory sebesar 136 KByte untuk berbagai aplikasi. Saat ini juga sedang ditambahkan berbagai fitur masa depan, yang memungkinkan melakukan berbagai transaksi elektronik menggunakan mobile device, seperti bisa ditambahkan NFC (Near Field Communication) untuk mobile payment," Sylvia mengungkapkan.
Dari data yang dirangkum, operator seluler Indonesia setiap tahunnya membutuhkan pasokan ratusan juta SIM card. Mulai dari Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, Smartfren Telecom, Bakrie Telecom, hingga Sampoerna Telkomunikasi Indonesia.
Operator seperti Telkomsel, setiap tahunnya membutuhkan sekitar 300 juta SIM card. Sementara XL mengaku butuh sekitar 80 juta hingga 100 juta. Jadi bisa terbayang seberapa besar industri SIM card untuk digarap. Namun ya itu tadi, perusahaan lokal masih banyak yang cuma jadi penonton di tengah hingar-bingar industri telekomunikasi.
"Yang paling penting kami butuhkan saat ini adalah dukungan pemerintah supaya mendapat pasar di dalam negeri. Hal tersebut dapat berupa kebijakan berupa previlage bagi industri dalam negeri. Kalau ingin lebih dari itu, pemerintah dapat membantu dengan berbagai insentif, sehingga harga produk dalam negri bisa lebih rendah dari produk luar negeri," tutup Trio.
(ash/fyk)