Mana frekuensi yang terbaik untuk frekuensi 4G LTE di Indonesia, apakah 900 MHz ataukah 1.800 MHz? Kalau hal ini ditanyakan ke XL Axiata dan Telkomsel, Keduanya jelas punya pandangan yang berbeda.
Adu argumen tentang frekuensi ideal untuk pita lebar seluler generasi keempat ini pun sudah sangat kentara sejak awal. Bahkan jauh-jauh hari sebelum 4G LTE mendapatkan izin komersialisasi dari Kementerian Kominfo.
XL sejak awal menilai, frekuensi yang tepat untuk 4G adalah di spektrum 1.800 MHz. Itu sebabnya, mereka berani merogoh kocek yang dalam untuk mengawini Axis agar bisa mendapat tambahan 15 MHz di rentang frekuensi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada akhirnya, XL mau tak mau harus mengikuti keinginan Telkomsel setelah Menkominfo Rudiantara lebih memilih 4G LTE digelar perdana di 900 MHz. 1-0 buat Telkomsel. Apakah XL menyerah begitu saja? Jawabannya jelas tidak.
Meskipun sudah mengkomersialisasikan 4G di 900 MHz untuk kota Bogor, Medan, dan Yogyakarta, XL masih ngotot ingin menggelar di 1.800 MHz. Dalam uji coba 4G di Jakarta pun, XL hingga saat ini masih menggunakan spektrum 1.800 MHz.
Berbalas Pantun
Menurut Head Of Network Planning XL Axiata Rahmadi Mulyohartono, penyelenggaraan layanan 4G berbasis FDD LTE di 900 MHz kurang maksimal dari sisi kecepatan dan boros investasi. Terlebih, kata dia, dari 331 operator dunia yang menggelar 4G, tak sampai 2% yang memilih 900 MHz.
"Dari situ saja sudah kelihatan, ekosistem di 900 MHz sangat sedikit. Bandingkan dengan 1.800 MHz yang sudah digunakan oleh 45% operator 4G LTE di dunia. Jadi kalau bicara kecepatan maksimal yang diberikan tentu tak maksimal".
"Operator tak mungkin alokasikan semua frekuensi di 900 MHz untuk 4G, pasti dia akan lihat manajemen trafiknya. Maksimal cuma 5 MHz untuk 4G, padahal idealnya 4G itu 15 MHz sampai 20 MHz,β paparnya panjang lebar.
Seperti diketahui, di 900 MHz total ada 25 Mhz lebar pita yang dibagi antara Telkomsel dan XL (masing-masing 7,5 Mhz), dan Indosat sebanyak 10 MHz. Frekuensi 900 Mhz selama ini digunakan untuk layanan 2G bersama dengan 1.800 MHz.
βDari sisi investasi di 900 MHz itu boros, pertama kita kelola trafiknya offload dulu yang 2G di 900 MHz ke 1.800 MHz, sedangkan 3G di 2,1 GHz. Jadi ada tiga tahap, kan boros. Idealnya langsung di 1.800 MHz, di-offload ke 2,1 GHz karena 3G sudah bisa buat suara dan data,β katanya.
Sementara di 1.800 MHz, frekuensi yang tersedia mencapai 75 MHz, dimana Telkomsel menguasai 22,5 MHz, Indosat 20 MHz, XL juga 22,5 MHz, dan sisanya Hutchison 3 Indonesia dengan 10 MHz. βKalau di 1.800 MHz, di sisi investasi trafik tak boros dan ekosistem perangkat konsumen sudah lumayan matang. Apalagi ada VoLTE untuk suara,β kata Rahmadi.
Ditambahkannya, frekuensi 1.800 MHz masih bisa digunakan karena ada teknologi agregasi kanal dengan LTE Advanced. Teknologi ini diyakini akan memberikan carrier aggregation dimana operator bisa mengkombinasikan frekuensi yang digunakannya sehingga sumber daya alam terbatas yang tak terutilisasi bisa dimanfaatkan.
βLTE-A memungkinkan perpindahan trafik antara BTS seamless secara cell border. Nanti uplink bisa pakai 900 MHz, sementara downlink-nya bisa gunakan frekuensi 2,1 GHz atau 1.800 MHz,β paparnya lebih lanjut.
Apa yang baru saja dipaparkan XL, ternyata tak sepaham dengan pandangan Telkomsel. Alex Janangkih Sinaga yang baru saja diangkat sebagai Direktur Utama Telkom pun masih bersikeras bahwa yang ideal untuk 4G tetap di 900 MHz.
"Dibandingkan 1.800 MHz, handset yang growth di 900 MHz lebih tinggi. Sampai hari ini kami sudah mengetes 60 jenis handset LTE dengan harga bervariasi. Mulai dari di bawah Rp 2 juta sampai di atas Rp 10 juta. Harapannya nanti di bawah Rp 1 juta," ujarnya.
Menkominfo Rudiantara sendiri sebelumnya telah mengatakan bahwa setelah 900 MHz, spektrum yang akan dibuka selanjutnya untuk 4G LTE adalah di 1.800 MHz. Rencananya mulai awal 2015 nanti. Telkom yang merupakan induk Telkomsel pun mewanti-wanti pemerintah tentang hal ini.
"Tentunya Telkom berpendapat, Menkominfo dan BRTI harus mengacu ke Perpres No. 16/2014 tentang Indonesia Broadband Plan dimana di 2019 kita bisa kekurangan spektrum. Bisa kita eliminir kekurangan itu dengan cara menata pengalokasian spektrum. LTE kami harap lanjut terus, namun perlu kehati-hatian untuk menatanya," tandas Alex.
(rou/ash)