Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Menuju Telkom-1
Telkom dan Bayang-bayang Ancaman Google cs
Menuju Telkom-1

Telkom dan Bayang-bayang Ancaman Google cs


- detikInet

Jakarta -

Telkom dulu mungkin cuma dianggap penyedia layanan telepon rumah (fixed line). Namun itu dulu, kini industri telah bertransformasi, begitu juga dengan BUMN telekomunikasi ini.

Menurut Dimitri Mahayana, Chairman Sharing Vision, industri telekomunikasi global sedang dirundung tekanan luar biasa dari pemain OTT (over the top) yaitu raksasa-raksasa industri konten dan platform internet global seperti Google, Facebook, Twitter, dan lainnya.

Hal ini pula yang menjadi tantangan bagi Telkom sekarang. "Persaingan yang semakin sengit. Terutama adalah ancaman OTT yang menggerus penghasilan operator telekomunikasi fixed maupun mobile secara global," kata Dimitri kepada detikINET, Jumat (19/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tantangan krusial lain yang dihadapi Telkom adalah bagaimana meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan memberikan seamless customer experience pada pelanggan, namun di sisi lain tetap efisien dalam rangka mempertahankan profitabilitas.

Selanjutnya adalah kebutuhan untuk inovasi terus menerus, mengingat industri TIK memiliki sifat yang amat volatile (mudah menguap)

"Kebutuhan untuk terus menerus melakukan re-focusing dan re-aligning dalam menghadapi perubahan yang demikian cepat juga menjadi masalah krusial bagi Telkom," lanjut dosen ITB ini.

Menurut Dimitri, perkembangan Telkom saat ini sudah lumayan. Khususnya jika melihat tekanan OTT kepada industri telekomuikasi global.

"Perusahaan sedahsyat BT (British Telecom) misalnya, dengan seluruh upayanya dan inovasinya yang luar biasa, ada pada profit margin sekitar 10%. Sedangkan Telkom , mampu membukukan profit margin sekitar 30%. Mungkin merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi di dunia yang terbaik dari sisi kinerjanya," puji Dimitri.

Catatan kedua, lanjutnya, keberanian Telkom menggebrak untuk go global lewat anak usaha Telkom International (Telin). Sebab perusahaan telekomunikasi yang tidak go global saat ini dianggap tertekan dengan profit margin jauh lebih kecil ketimbang yang coba mendunia.

"Ketiga adalah transformasi SDM. Misalnya dengan program Telkom Corporate University. Banyak di antara SDM muda Telkom yang berpotensi saat ini mengecap kesempatan untuk belajar di berbagai perusahaan terkemuka di dunia," imbuhnya.

Telkom juga dianggap mendapat poin plus dengan mampu merespons program pemerintah. Seperti mendukung Kampung Nelayan di bidang kemaritiman.

Termasuk untuk menggelar infrastruktur mulai dari fiber optik yang lebih dari panjang keliling dunia untuk memastikan seluruh wilayah NKRI memperoleh layanan tersebut, hingga data center yang mungkin luasnya puluhan ribu meter persegi bahkan mungkin melebihi 100 ribu meter persegi.

"Hal ini akan memastikan kekuatan kompetitif Telkom dalam percaturan industri TIK global. Begitu juga keberanian untuk membangun industri TIK Nasional, seperti membangun berbagai teknologi terkini seperti data center Tier 3 dan Tier 4, dll," Dimitri menandaskan.

(ash/fyk)







Hide Ads