Hal itu ikut dialami XL Axiata. Dari 58,3 juta pelanggan yang dilayani operator seluler itu, sekitar 70% pelanggannya memang masih setia menggunakan 2G untuk voice call.
Namun di kota-kota besar, menurut Head of Network Planning XL Axiata Rahmadi Mulyohartono, angka pengguna 2G sudah mulai turun lumayan tinggi, dari 5% hingga 19%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu karena di kota-kota besar voice sudah mulai digantikan oleh data. Pada akhirnya 2G turun dan 3G naik. Itu juga karena 70% penjualan smartphone saat ini didominasi 3G," kata Rahmadi di Menara Prima, Jakarta, Rabu (10/12/2014).
Kondisi ini tak disesali XL. Meski pendapatan dari voice masih tinggi, namun mau tak mau di masa depan semua akan beralih ke layanan data. "Jadi memang kita dorong untuk pindah ke 3G," katanya.
Kemudian, meskipun dari sisi pelanggan 2G masih mendominasi, namun 32 juta pelanggan XL tercatat aktif menggunakan layanan data walaupun hanya 15 juta di antaranya yang sudah menggunakan smartphone.
Lantas yang jadi pertanyaan, sudah begitu perlukah operator seperti XL untuk menghadirkan 4G? Karena faktanya, 3G pun belum jadi pilihan utama mayoritas pelanggan.
"Itu sebabnya di 4G LTE ini tak langsung semua kota. Hanya trafik datanya yang tinggi saja yang kami layani terlebih dulu dengan skema klasterisasi," jelas Rahmadi.
XL sendiri saat ini masih menunggu restu dari Kementerian Kominfo untuk sertifiikasi uji laik operasi (ULO). Namun dipastikan oleh Rahmadi, komersialisasi layanan akan digelar Desember tahun ini juga di spektrum 900 MHz.
Selain di frekuensi itu, XL juga berencana menggelar layanan 4G di frekuensi 1.800 MHz untuk digunakan secara agregasi dengan frekuensi 900 MHz. Itu pun setelah 1.800 MHz ditata ulang di awal 2015.
(rou/ash)