Namun salah satu permasalahan yang jadi perhatian penggunanya nanti, selain soal kualitas jaringan tentunya, adalah permasalahan soal tarif data.
Masalah tarif ini coba detikINET tanyakan kepada President Director & CEO Indosat, Alexander Rusli. Pasalnya, Indosat juga tengah menjajal teknologi 4G LTE ini secara terbatas di 900 MHz.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang membuat kita susah keluar dari jebakan per kilobyte, itu karena jumlah aplikasi di Indonesia masih belum banyak jadi terpaksa kita jualan pipa saja, itu problem-nya," paparnya lebih lanjut.
Alih-alih bicara soal tarif, Alex kemudian mengalihkan pembicaraan mengenai minimnya aplikasi lokal. Menurutnya sejauh ini, konten yang digunakan lewat akses data lebih banyak didominasi oleh OTT (over-the-top) asing ke luar negeri.
"Makanya Indosat banyak dorong masalah IWIC, inkubasi, agar local developer itu tumbuh. Saya kemarin ikut menentukan pemenang 23 finalis, some of the application dari tahun lalu ke tahun ini 'gila'. Itu anak-anak sekolah, kuliahan".
"Yang benar-benar jadi dari inkubasi itu paling nggak dua sudah dibeli perusahaan asing. Jadi yang ngerjain mulai merasa dapet duit. OTT masih lokal, yang asing itu minority. Jadi pakai uang untuk memperkaya diri mereka juga. Enak narik uang dari luar untuk memperkaya diri sendiri itu bagus".
"Itu yang penting makanya dengan banyak kisah sukses seperti itu jadi banyak harapan. I can make money from this, i can be rich. Seperti itu," kata Alex panjang lebar.
(rou/ash)