Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Bangun BTS Jangan Cuma Asal Untung!

Bangun BTS Jangan Cuma Asal Untung!


- detikInet

Mobile BTS (telkomsel)
Jakarta - Investasi yang digelontorkan untuk menancapkan sebuah BTS (Base Transceiver Station) tentunya tidak murah, sampai miliaran rupiah. Namun logika hitung-hitungan bisnis tak lantas jadi satu-satunya kriteria agar sinyal seluler bisa ditangkap seluruh masyarakat Indonesia.

Hal inilah yang diklaim terus dipegang Telkomsel. Menurut Direktur Utama Telkomsel Alex J. Sinaga, pihaknya selama ini memegang tiga kriteria sebelum memutuskan untuk membangun BTS di suatu wilayah.

"Yaitu layak secara bisnis, layak secara ekonomi serta layak untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tutur Alex, saat ditemui di Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalau layak secara bisnis, jelas secara hitung-hitungan BTS tersebut menguntungkan bagi Telkomsel. Sementara layak secara ekonomi artinya meski secara bisnis keberadaan BTS tersebut tidak menguntungkan bagi Telkomsel tetapi dapat memberi manfaat bagi lingkungan, seperti mampu menciptakan ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

Dengan kondisi perekonomian yang 'berdenyut' tersebut, Telkomsel pun yakin bahwa wilayah-wilayah ini perlahan dapat memberikan kelayakan secara bisnis suatu hari nanti.

"Contohnya seperti ada sebuah pulau yang berada di atara Kalimantan dan Sulawesi. Pembangunan BTS di wilayah ini jika dilihat secara bisnis itu tidak layak, karena investasinya jauh lebih besar ketimbang revenue yang didapatkan. Namun karena BTS itu pula nelayan di pulau sekitar dapat menelepon ke darat. Bahkan perputaran bisnis di sana mencapai Rp 1 miliar per hari!" ungkap Alex.

Kriteria ketiga adalah dengan alasan sebagai bagian untuk mempertahankan NKRI. Ini biasanya dilakukan di pulau terluar seperti Natuna dan wilayah perbatasan dengan Malaysia, Timor-Timor serta Papua Nugini.

"Mau ada pelanggan atau tidak harus pasang di situ. Paling penggunanya petugas mercusuar atau TNI yang berjaga. Tapi ini penting, masa' di wilayah Indonesia sinyal negara tetangga yang masuk," lanjutnya.

Telkomsel sendiri sudah meng-cover 97% populasi Indonesia dengan kekuatan hampir 80 ribu unit BTS. Namun 30% BTS di antaranya masuk aktegori tidak layak secara bisnis. Padahal rata-rata BTS mengeluarkan biaya Rp 30 juta per bulan.

"Investasi itu urusan kedua (bagi kami). Karena Telkomsel berani mendeklarasikan sebagai operator paling Indonesia," tandas Alex.

(ash/fyk)





Hide Ads