Demi LTE, First Media Akuisisi Internux?
Hide Ads

Demi LTE, First Media Akuisisi Internux?

- detikInet
Kamis, 17 Okt 2013 13:39 WIB
Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - First Media dikabarkan telah mengakuisisi Internux untuk memuluskan langkah anak perusahaan grup Lippo itu dalam ekspansi layanan internet berbasis Time Division Duplex Long Term Evolution (TDD LTE) di 2,3 GHz.

Kabar yang telah lama beredar ini makin santer setelah keduanya ikut menandatangani perjanjian pengalihan (assignment agreement) bersama Protelindo, anak usaha Sarana Menara Nusantara.

Dalam laporan keterbukaan publik di bursa saham, First Media disebutkan akan menjamin pelaksanaan kewajiban Internux dan juga akan bertanggung jawab secara renteng atas seluruh kewajiban Internux atas 139 lokasi menara yang disewa dari Protelindo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam keterangan yang dikutip dari IDX, Kamis (17/10/2013), penandatanganan perjanjian pengalihan atas sewa lokasi yang telah ada untuk suatu periode waktu tertentu, telah dilakukan oleh ketiga perusahaan tersebut pada tanggal 11 Oktober 2013 lalu.

Direktur First Media Dicky Moechtar beserta para staf perusahaan, belum memberikan tanggapan saat coba dikonfirmasi detikINET. Namun beberapa waktu lalu, Dicky pernah membantah kabar merger akuisisi terhadap Internux.

"Belum ada akuisisi atau merger. Kami ini kan perusahaan tercatat di bursa, tidak mungkin main rahasia. Semua terbuka kok," tegasnya kala itu.

Meski demikian, kedekatan antar kedua perusahaan pemilik lisensi broadband wireless access (BWA) ini tak ditampik Dicky. Dikatakan olehnya, First Media memang siap menjajaki kerja sama dengan Internux untuk menggarap layanan BWA di area Jabodetabek dan Banten. "Selama ini kita bersaing, lebih baik mencoba untuk kerja sama saja," ujarnya.

Kerja sama ini jika terealisasi akan membuat TDD LTE yang dimiliki keduanya kian moncer karena berjalan di frekuensi yang lumayan lebar yakni sekitar 30 MHz.

Seperti diketahui, First Media merupakan salah satu pemenang lisensi BWA untuk teknologi WiMax di Sumatera bagian Utara, dan kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) melalui tender online (e-auction) yang digelar Kementerian Kominfo pertengahan 2009 lalu.

Sementara Internux adalah pemenang tender BWA lainnya di Jabodetabek alias di zona 4 dengan lebar pita 15 MHz (2375 – 2390) di 2,3 GHz. Jumlah itu sama dengan First Media di 2360 – 2375 untuk Jabodetabek.

"Memang tengah dilakukan penjajakan kerja sama dengan Internux karena kita sama-sama di zona 4. Ini agar kita bisa memberikan layanan TDD LTE yang sesuai dengan harapan dari pelanggan," jelas Dicky kala itu.

Saat lelang beberapa tahun lalu, zona 4 ini memiliki harga penawaran dasar paling mahal yakni Rp 15,16 miliar per blok. Internux sendiri saat memenangkan zona 4 untuk Banten dan Jabotabek mengajukan harga penawaran Rp 110,033 miliar.

Tak lama berselang, Internux kemudian bermasalah dengan Kementerian Kominfo dalam pembayaran up front fee dan BHP frekuensi tahun pertama usai menjadi pemenang tender. Sempat dicabut lisensinya, namun dikembalikan lagi setelah Internux berhasil memenangkan gugatan perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Sedangkan First Media memanfaatkan lisensi BWA yang diperolehnya untuk menggelar layanan dengan merek dagang Sitra Wimax. Namun sayangnya, layanan yang telah memiliki jumlah pengguna sebanyak 5.600 pelanggan di Jabodetabek itu dihentikan untuk kemudian diganti teknologinya.

Seluruh stasiun pemancar radio base station (BTS) yang ada di Jabodetabek pun beralih teknologi dari Wimax menjadi TDD LTE menggunakan skema vendor financing dari Huawei. Tercatat ada sekitar 1.500 BTS berbasis TDD LTE yang dibangun.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto saat dikonfirmasi mengaku belum mengetahui rencana penyatuan kedua perusahaan ini. Namun jika aksi korporasi ini benar terjadi, maka First Media harus melaporkannya seperti rencana XL Axiata mengakuisisi Axis Telekom Indonesia.

(rou/ash)

Berita Terkait