Harga Blok 3G Rp 560 Miliar Dinilai Kemahalan
Hide Ads

Harga Blok 3G Rp 560 Miliar Dinilai Kemahalan

- detikInet
Senin, 03 Sep 2012 10:23 WIB
BTS 3G (inet)
Jakarta - Operator seluler yang meminati tambahan blok 3G di frekuensi 2,1 GHz harus siap merogoh kocek dalam-dalam. Pasalnya, harga untuk satu bloknya saja bisa Rp 560 miliar atau lebih dari Rp 1 triliun jika borong dua blok sekaligus.

Uang sebanyak itu berasal dari komponen biaya dua kali upfront fee, serta biaya hak penggunaan frekuensi (BHP) tahun pertama yang sebesar 20% dari harga lelang. Perlu diketahui, biaya upfront fee saat 3G kali pertama digelar 2006 lalu adalah sebesar Rp 160 miliar.

Nah, jika pemerintah mengkonversikan harga lelang enam tahun yang lalu itu menggunakan BI rate setiap tahunnya, maka biaya upfront fee untuk tambahan satu blok 3G dalam seleksi beauty contest pada akhir September 2012 ini bisa mencapai Rp 256 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Kominfo, Muhammad Budi Setiawan sebelumnya menjelaskan angka Rp 256 miliar itu adalah harga lelang kekinian per kanal yang dihitung berdasarkan pertambahan nilai BI rate.

Dengan hitung-hitungan komponen biaya dua kali upfront fee serta BHP tahun pertama 20%, maka operator yang mengincar satu tambahan blok 3G harus mengeluarkan dana sekitar Rp 563,2 miliar atau Rp 1,126 triliun jika memborong dua blok sekaligus.

"Jika pemerintah menetapkan upfront fee sebesar itu, terlalu mahal. Dan saya melihat ada perhitungan yang tidak pas mengenai angka kekinian," kata Heru Sutadi, mantan anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) kepada detikINET, Senin (3/9/2012).

Menurutnya, harga blok 3G yang akan dilelang melalui seleksi beauty contest ini bisa lebih murah jika menggunakan patokan tahun 2009 sebagai lelang terakhir.

"Angka kekinian harusnya diperhitungkan dari 2009, bukan 2006. Sebab, di 2009 pemerintah masih menawarkan second block Rp 160 miliar. Hitung-hitungan kami angkanya adalah Rp 192 miliar, bukan Rp 256 miliar," papar Heru yang kini menjadi peneliti di Indonesia ICT Institute.

"Sehingga jika mengacu pada apa yang disampaikan Menkominfo bahwa angkanya Rp 200 miliar, itu pembulatan ke atas dari hitungan kita dan angka itu bisa dipakai sebagai basis upfront fee. Sebagaimana diketahui, jika mendapat blok baru, operator dikenakan biaya 2x upfront fee dan BHP tahunan," jelasnya lebih lanjut.

Kepastian angka yang akan digunakan untuk upfront fee ini masih belum final dan sedang dimatangkan di Direktorat Penataan, Ditjen SDPPI. Menkominfo Tifatul Sembiring sendiri pernah memberikan sinyal angka upfront fee dari tambahan satu blok 3G nantinya sekitar Rp 200 miliar.

"Kami harusnya berpandangan sama. Industri telekomunikasi sebagai primadona harus dijaga keberlangsungannya sebab sekarang banyak operator sedang merugi dan seperti disampaikan Presiden SBY perlu diwaspadai ancaman krisis global," pungkas Heru.

Seleksi tambahan blok 3G rencananya akan diumumkan pada 17 September, dan pengambilan dokumen seleksi pada 19-24 September 2012. Dua blok 3G tersisa dari total 12 blok ini diminati oleh empat operator, Telkomsel, XL Axiata, Axis Telekomunikasi Indonesia, dan Hutchison CP Telecom.

(rou/rou)
Berita Terkait