Dassault Group merupakan perusahaan penerbangan yang memproduksi pesawat pribadi dan militer, termasuk jet tempur Rafale dan Mirage. Diduga, data-data hasil curian tersebut dijual ASTRA ke sedikitnya 250 orang di Brazil, Perancis, Jerman, Italia, Afrika Selatan serta beberapa negara bagian Timur Tengah.
Akibat pembobolan data ini, Dassault menderita kerugian lebih dari USD 360 juta (sekitar Rp 3,6 triliun). Data yang dicuri oleh hacker yang merupakan ahli matematika ini termasuk software khusus yang digunakan untuk membuat jet dan mobil, yang kemudian dijual seharga USD 1.000 per buah (sekitar Rp 10 juta). Demikian dikutip detikINET dari Scmagazineus, Senin (4/2/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di perusahaan otomotif dan industri penerbangan, perusahaan harus berbagi informasi dengan mitranya. Perusahaan membuka sebuah celah yang memungkinkan mitranya untuk mengakses data. Alhasil, hacker pun berkesempatan untuk menyusup dan memperoleh data-data sensitif. Parahnya kebanyakan perusahaan tidak memonitor pola akses, sehingga mereka tidak tahu jika ada akses mencurigakan. (dwn/dwn)