PC Windows yang Jadi Korban CrowdStrike Tembus 8,5 Juta Perangkat
Hide Ads

PC Windows yang Jadi Korban CrowdStrike Tembus 8,5 Juta Perangkat

Anggoro Suryo - detikInet
Minggu, 21 Jul 2024 19:07 WIB
NEW YORK, NY - MAY 2: The Microsoft logo is illuminated on a wall during a Microsoft launch event to introduce the new Microsoft Surface laptop and Windows 10 S operating system, May 2, 2017 in New York City. The Windows 10 S operating system is geared toward the education market and is Microsofts answer to Googles Chrome OS. (Photo by Drew Angerer/Getty Images)
Foto: Drew Angerer/Getty Images
Jakarta -

Microsoft mengungkap ada 8,5 juta perangkat Windows yang terdampak update bermasalah dari CrowdStrike, atau kurang dari 1% perangkat Windows yang aktif saat ini.

Meski kurang dari 1%, namun masalah yang menyebabkan perangkat Windows mengalami blue screen of death (BSOD) tersebut punya dampak besar, karena dipakai untuk keperluan banyak orang, misalnya peritel, bank, maskapai penerbangan, dan banyak industri lain.

"Meski persentasenya kecil, dampak ekonomi dan sosialnya sangat luas dan hal itu menunjukkan bahwa CrowdStrike dipakai banyak perusahaan yang menjalankan layanan penting," tulis Microsoft dalam penyataannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Microsoft juga membela CrowdStrike dan menyebut masalah yang sangat besar seperti ini jarang terjadi. Meski memang pembaruan software terkadang menimbulkan masalah kecil.

"Meski pembaruan software terkadang menyebabkan gangguan, insiden signifikan seperti CrowdStrike ini jarang terjadi," tambah Microsoft.

ADVERTISEMENT

Namun tetap saja, tumbangnya Windows gegara pembaruan ini menunjukkan kerapuhan dalam sistem digital global. Dari bandara, perbankan, toko online, media dan lainnya, terganggu operasionalnya.

"Gangguan ini menunjukkan bahwa bahkan platform perusahaan besar seperti Microsoft, yang memiliki dana dan investasi besar dalam keamanan sistem yang kuat, dapat terpuruk karena kesalahan yang tidak disengaja dalam update software yang dikeluarkan oleh perusahaan keamanan siber independen," tulis kolumnis teknologi BBC Zoen Klienman yang dikutip detikINET.

Dampaknya sangat luas karena komputer yang didukung Microsoft merupakan jantung dari sebagian besar infrastruktur teknologi dunia. Hal ini menunjukkan betapa bergantungnya manusia pada infrastruktur tersebut, dan betapa tidak berdayanya ketika terjadi kesalahan yang berada di luar kendali.

"Gangguan ini juga menunjukkan risiko besar yang kita hadapi jika kita menaruh seluruh upaya kita ke dalam satu keranjang besar yang mencakup seluruh dunia," tulis Owen Sayers di Computer Weekly.

Memang banyak bisnis, layanan, dan masyarakat yang menggunakan hanya satu penyedia TI. Hal itu menyajikan kemudahan dan kenyamanan, tapi juga berarti tidak ada rencana B jika penyedia tersebut tiba-tiba mengalami masalah.




(asj/rns)