Pembuat Spyware WhatsApp Kini Bernasib Malang
Hide Ads

Pembuat Spyware WhatsApp Kini Bernasib Malang

Anggoro Suryo - detikInet
Senin, 22 Agu 2022 10:15 WIB
FILE - A logo adorns a wall on a branch of the Israeli NSO Group company, near the southern Israeli town of Sapir, Aug. 24, 2021. Israeli lawmakers on Tuesday,Jan. 18, 2022, called for a parliamentary inquiry into the police’s alleged use of sophisticated spyware on Israeli citizens, including protesters opposed to former Prime Minister Benjamin Netanyahu, following a newspaper report on the surveillance. (AP Photo/Sebastian Scheiner, File)
Foto: AP Photo/Sebastian Scheiner, File
Jakarta -

Nama NSO Group mungkin memang mungkin tak terlalu dikenal, namun produk buatannya jadi bahan perbincangan di seluruh dunia, yaitu Pegasus. Kini nasib NSO Group terseok-seok setelah dihajar oleh berbagai pihak.

Pegasus adalah spyware WhatsApp yang bisa dibilang sangat canggih. Dulu sempat dikabarkan kalau spyware ini bisa menginfeksi korbannya hanya dengan sebuah panggilan telepon WhatsApp, yang bahkan tak perlu diterima.

Namun setelah sepak terjangnya itu tersebar, dan ketahuan dipakai menyerang pihak-pihak yang seharusnya tak menjadi targetnya -- NSO mengklaim Pegasus semestinya hanya dipakai untuk penegakan hukum, termasuk memerangi terorisme --, mereka jadi bulan-bulanan publik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya, pada November 2021 Kementerian Perdagangan AS memasukkan NSO ke dalam Entity List, daftar hitam yang berisi perusahaan-perusahaan yang haram diajak bekerja sama oleh perusahaan asal AS.

Pada bulan yang sama, Apple menggugat NSO dan dianggap bertanggung jawab karena membantu pemerintahan negara tertentu untuk memata-matai aktivis dan jurnalis, termasuk Jamal Khasoggi, jurnalis asal Arab Saudi dan kolumnis Washington Post yang dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki.

ADVERTISEMENT

Setelah mendapat berbagai tudingan kontroversial selama dua tahun ke belakang, Shalev Hulio mundur dari posisinya sebagai CEO NSO Group. Hulio, yang juga co-founder NSO, menunjuk ke Yaron Shohat, yang sebelumnya adalah chief operating officer (COO), sebagai CEO sementara.

Hal itu ia ambil sebagai bagian dari langkah restrukturisasi NSO, termasuk mengalihkan fokusnya ke negara-negara anggota NATO. Tak cuma itu, NSO juga berencana melakukan pengurangan jumlah pegawai.

NSO disebut berencana mem-PHK sekitar 100 karyawan sebelum menunjuk pengganti Hulio yang permanen, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (22/8/2022).

"Produk perusahaan masih mendapat permintaan tinggi dari pemerintahan dan badan penegak hukum karena teknologinya yang canggih dan kemampuannya yang sudah terbukti untuk membantu konsumennya dalam memerangi kejahatan dan terorisme. NSO akan memastikan kalau teknologi andalan perusahaan akan dipakai untuk keperluan yang benar dan layak," jelas Shohat.




(asj/asj)