Bahaya! Sembarang Klik Link Video Seks Mirip Gisel
Hide Ads

Bahaya! Sembarang Klik Link Video Seks Mirip Gisel

tim - detikInet
Sabtu, 07 Nov 2020 14:39 WIB
Gisel saat ditemui di Plaza Senayan.
Foto: Palevi S/detikFoto
Jakarta -

Topik dan rasa penasaran netizen akan video seks mirip Gisel masih jadi topik pembahasan netizen teratas di Twitter. Pakar keamanan mengingatkan bahaya bila sembarang mengklik link atau file.

Bila kalian menerima link atau file maupun mengklik sumber di internet yang belum jelas asal-usulnya, bisa berdampak dengan HP kalian disusupi malware sampai diretas.

"Link yang dikirim itu kan umumnya URL shortener dan isi link tinggal diubah. Hari ini video, besok bisa digantikan malware," ujar Alfons kepada detikINET, Sabtu (7/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Alfons menyebutkan bila dilihat dengan kacamata teknis, menerima file itu lebih aman, karena bisa dilihat. Sedangkan, link yang tersebar itu, kata dia, risikonya lebih tinggi.

"Walaupun terima file saja juga bisa disisipi malware. Tapi, terima link itu risikonya jauh lebih tinggi dari terima file," ungkap Alfons merujuk bila masyarakat menerima link atau file video seks mirip Gisel.

Ahli keamanan ini kemudian memaparkan risiko yang bakal diterima masyarakat bila menerima dan mengklik link atau file berbahaya. Kalau menerima file, Alfons mengatakan, itu sudah jelas apa yang dikirim dan bisa dipersiksa terlebih dahulu sebelum dibuka atau dijalankan.

"Kalau terima link itu bisa dapatnya, file yang risikonya sama dengan terima file, script yang bisa digunakan mengeksploitasi sistem yang mengklik tautan, dan gambar, iklan atau apapun bisa diselipkan di link yang antisipasinya jauh lebih kompleks dari antisipasi file saja," tutur dia.

Lebih lanjut, Alfons memaparkan, secara umum file berbahaya akan berusaha mengeksploitasi perangkat korbannya. Dari yang paling simpel, seperti menampilkan iklan, tapi klannya bisa iklan ofensif seperti iklan porno, perjudian, iklan politik atau yang lainnya.

Alfons menambahkan, ada juga iklan yang memberikan informasi palsu seakan-akan perangkat terinfeksi malware padahal tidak dan meminta korbannya untuk membayar atau beli antivirus palsu.

"Kalau kasus berat, ya, diinfeksi malware dan menjalankan aksi jahat seperti, mencuri kredensial dan eksploitasi data keuangan. Merusak data, seperti ransomware yang mengenkripsi dan meminta uang untuk dekripsi. Menguras sumber daya perangkat untuk dijadikan bitcoin miner. Menghabiskan kuota atau baterai tanpa diketahui oleh pemilik perangkat," pungkasnya.




(agt/agt)