WhatsApp meyakinkan keamanan layanan miliknya, dan menyebut enkripsi end-to-end di layanan pengiriman tersebut belum pernah dibobol. Namun pada kenyataannya, bermacam kasus peretasan dan pengambilalihan akun WhatsApp terjadi.
Menurut WhatsApp, hal ini bisa terjadi karena ada banyak faktor yang menentukan keamanan WhatsApp milik pengguna, dan ada beberapa faktor yang berada di luar kuasa WhatsApp.
Menurut WhatsApp APAC Communications Director Sravanthi Dev, faktor yang menentukan tersebut antara lain adalah perangkat, jaringan komunikasi, sistem operasi, barulah aplikasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sementara di tahap perangkat pengguna, lapisan keamanan itu antara lain adalah kunci perangkat ponsel, yang biasanya berupa PIN ataupun biometrik, lalu ada one time password (OTP) yang dikirimkan lewat SMS, verifikasi dua langkah berupa PIN, dan enkripsi end-to-end yang memastikan data dari pengirim hanya bisa dibuka oleh si penerima.
Baca juga: Cara Video Call WhatsApp Sampai 50 Orang |
Lapisan terakhir tersebut itulah yang dibanggakan oleh WhatsApp, yaitu enkripsi end-to-end yang mereka sebut belum pernah dibobol. Namun nasib berbeda ada di lapisan keamanan yang lain.
Contohnya kode OTP yang seringkali bisa dicuri dengan berbagai cara, salah satunya social engineering. WhatsApp pun menyebut celah di sistem operasi ponsel juga menjadi cara untuk meretas layanan tersebut.
Baca juga: Cara Download Stiker WhatsApp Bu Tejo |
Dev mencontohkan kasus peretasan WhatsApp lewat spyware Pegasus buatan NSO, perusahaan asal Israel, yang ramai diberitakan beberapa waktu lalu. Menurutnya peretasan itu terjadi karena adanya celah pada sistem operasi ponsel.
Dengan kata lain, bisa dibilang WhatsApp menyalahkan pihak lain, atau buang badan, terhadap berbagai peretasan tersebut. Sementara lapisan keamanan yang mereka sediakan diklaim belum pernah bobol.
![]() |
(asj/afr)