Direktur FBI: China Sering Mencuri Lewat Serangan Siber
Hide Ads

Direktur FBI: China Sering Mencuri Lewat Serangan Siber

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 08 Jul 2020 15:00 WIB
FORT LAUDERDALE, FL - MARCH 07:  Lt. Mike Baute from Floridas Child Predator CyberCrime Unit talks with people on instant messenger during the unveiling of a new CyberCrimes office March 7, 2008 in Fort Lauderdale, Florida. One of the people on the other side of the chat told Lt. Baute, who is saying he is a 14-year-old girl, that he is a 31-year-old male and sent him a photograph of himself. According to current statistics, more than 77 million children regularly use the Internet. The Federal Internet Crimes Against Children Task Force says Florida ranks fourth in the nation in volume of child pornography. Nationally, one in seven children between the ages of 10 and 17 have been solicited online by a sexual predator.  (Photo by Joe Raedle/Getty Images)
Ilustrasi. Foto: Gettyimages
Washington -

Sudah lama Amerika Serikat menuding China di belakang berbagai serangan siber dan aksi mata-mata. Direktur FBI, Christopher Wray, pun mengecam keras serangan tersebut karena sangat merugikan Negeri Paman Sam.

Ia menyebut potensi kerugian ekonomi akibat serangan siber China nyaris tak bisa dihitung. China ditudingnya mengincar inovasi Amerika dengan cara mencuri lewat serangan siber.

"Untuk mencapai tujuannya dan melampaui Amerika, China mengaku perlu membuat lompatan dalam teknologi canggih, tapi fakta menyedihkannya adalah, ketimbang bekerja keras untuk inovasi, China sering mencuri properti intelektual Amerika," cetus Wray.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian mereka menggunakannya untuk berkompetisi melawan perusahaan Amerika yang menjadi korbannya sehingga mereka dua kali curang," klaim Wray, seperti dikutip detikINET dari CNBC.

Wray mengaku tidak tahu pasti berapa kerugian finansial yang diakibatkan serangan siber itu, tapi menurutnya luar biasa. Walau demikian, bukan berarti Amerika akan bertindak membabi buta terhadap China.

ADVERTISEMENT

"Menghadapi ancaman ini secara efektif tidak berarti kita tidak berbisnis dengan China, melarang pengunjung China, tidak menerima mahasiswa China atau berdampingan dengan mereka di panggung dunia," lanjut Wray.

"Hal itu berarti bahwa ketika China melanggar hukum kriminal kita dan norma internasional, maka kita tidak akan menoleransinya," tambahnya soal upaya menangkal ancaman serangan siber China.




(fyk/fay)