Pandemi Corona dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diwarnai bermacam kebocoran data pribadi di dunia maya. Baik yang terkonfirmasi berasal dari peretasan, sampai yang masih sebatas klaim sepihak.
Kebocoran data yang terbaru adalah data pemilih tetap (DPT) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sebanyak 2,3 juta data penduduk Indonesia disebut dijual oleh hacker di forum dark web.
Data ini diklaim didapat dari server KPU dan berformat PDF. Si hacker juga mengklaim punya data 200 juta penduduk Indonesia yang bakal disebarkan dalam waktu dekat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Klaimnya diragukan
Klaim si hacker tersebut terbilang tak meyakinkan. Pengamat keamanan internet dari Vaksincom Alfons Tanujaya meyakini data yang dibocorkan tersebut bukan hasil peretasan.
"Saya ragukan sih, setahu saya data ini memang menyebar di underground dan secara de fakto sudah bocor sejak tahun 2014. Jadi bukan data pemilu kemarin," kata Alfons saat dihubungi detikINET.
Sementara Komisioner KPU Viryan Aziz mengaku pihaknya masih melakukan penelusuran dan pengecekan kondisi server data.
Dia menyebut data yang beredar merupakan DPT Pemilu 2014 dengan meta data 15 November 2013. Menurut Viryan, DPT merupakan data yang bersifat terbuka, dan dapat diakses semua orang.
Viryan juga mengatakan, karena sifat keterbukaan pada saat Pilpres 2014 maka DPT bisa didownload per TPS. Namun, data tersebut tidak seluruhnya dibuka.