Di Tengah Pandemi Corona, Pentingnya Ahli IT Tangkis Serangan Hacker

Di Tengah Pandemi Corona, Pentingnya Ahli IT Tangkis Serangan Hacker

ADVERTISEMENT

Di Tengah Pandemi Corona, Pentingnya Ahli IT Tangkis Serangan Hacker

Agus Tri Haryanto - detikInet
Selasa, 12 Mei 2020 15:10 WIB
Bagaimana Menyamarkan Jejak Ketika Berselancar di Internet ?
Di Tengah Pandemi Corona, Pentingnya Ahli IT Tangkis Serangan Hacker. Foto: DW (News)
Jakarta -

Di tengah pandemi Corona saat ini, serangan siber dari hacker justru beringas. Dalam situasi tersebut, peran Ahli IT tentunya sangat dibutuhkan.

Seperti diketahui, sejumlah daerah menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus penyebaran virus Corona. Agar operasional tetap berjalan, perusahaan pun menerapkan work from home untuk para pegawainya.

Akan tetapi, kondisi itu yang dimanfaatkan peretas atau hacker untuk melancarkan serangannya. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan ada 88,4 juta serangan siber yang berlangsung dari 1 Januari hingga 12 April 2020.

Chairman Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) Pratama Persadha mengatakan, banyaknya orang berkegiatan online dari rumah meningkatkan resiko.

"Karena jaringan internet di rumah tidak seaman di kantor dan kebiasaan membuka banyak web berbahaya dari rumah juga meningkatkan resiko. Apalagi dalam WFH banyak yang membuka situs streaming ilegal, pada akhirnya menjadi pintu masuk virus dan malware," tutur Pratama saat dihubungi detikINET.

Kondisi ini, kata pria asal Cepu itu, bisa dilihat dari kejadian diretasnya platform e-commerce, seperti Tokopedia dan Bhinneka selama pandemi Corona.

Bahkan bila mencari di raidforums, kata Pratama melanjutkan, masih banyak data yang dijual, contohnya data pengguna aplikasi Bukalapak dan Rencanamu.id. Bahkan, data yang dijual adalah email dan password tanpa diacak.

"Namun keduanya data lama 2018 dan 2019. Penyebab dan pelaku dari beberapa peristiwa peretasan ini masih kami telusuri, terutama untuk kasus Bhinneka. Karena pihak yang menjual data di dark web dan forum-forum terbuka internet, belum tentu pelaku peretasannya," ungkapnya.

CISSReC pun mengimbau para penyedia platform dan juga korporasi sekaligus pemerintahan adalah memperkuat SDM dan pengamanan siber. Krisis corona juga mengakibatkan adanya PHK pada divisi IT yang masih dipandang sebelah mata dan dianggap menghabiskan anggaran.

"Padahal ada sejumlah data penting dan sistem yang harus diamankan, dengan berkurangnya SDM IT maka resiko kebocoran sistem tentu semakin besar," ujar Pratama.

Pratama menyebutkan dalam beberapa kasus mantan orang IT menyerang perusahaannya sendiri. Seperti dalam kasus peretasan sistem Indomart yang dilakukan bekas pegawainya, sampai merugikan perusahaan Rp 2,5 miliar.

Pratama juga mengatakan agar negara dan korporasi harus memberikan penghargaan yang layak pada para ahli IT yang berhasil menemukan celah keamanan pada sistem.

"Dalam banyak kasus, negara dan korporasi di tanah air tidak memberikan reward yang pantas, padahal menemukan celah keamanan bukan pekerjaan mudah. Bahkan sebagai perbandingan Apple berani memberikan reward USD 1 juta dollar pada siapapun yang bisa menembus sistemnya dan melakukan remote pada sistemnya," pungkasnya.



Simak Video "Update Kasus Covid-19 RI 8 Januari: 345 kasus Baru"
[Gambas:Video 20detik]
(agt/fay)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT