Kepolisian Belanda mengklaim sukses merazia dan menutup 15 penyedia serangan distributed denial of services (DDoS) selama seminggu ke belakang.
Penyedia serangan DDoS, atau dikenal dengan sebutan DDoS booters atau DDoS stressor, adalah tempat di mana seseorang bisa mendaftar dan menyewa layanan untuk melakukan serangan DDoS terhadap situs atau infrastrutur internet tertentu.
Kepolisian Belanda menyebut mereka melakukan razia tersebut dengan dukungan sejumlah perusahaan web hosting, domain registrar, Europol, Interpol, dan FBI, demikian dikutip detikINET dari Zdnet, Senin (13/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka pun menangkap seorang remaja berusia 19 tahun di Kota Breda setelah ia melancarkan serangan DDoS terhadap dua situs pemerintahan Belanda pada 20 Maret lalu. Situs yang menjadi korban adalah MijnOverheid serta Overheid.
Ke-15 penyedia layanan DDoS yang tak disebutkan namanya itu dirazia dalam jangka waktu seminggu ke belakang. Ini adalah kedua kalinya Kepolisian Belanda melakukan razia terhadap layanan semacam ini.
Pada Oktober lalu mereka menutup sebuah perusahaan web hosting yang menyediakan layanan hosting dan infrastruktur backend untuk puluhan botnet DDoS dan layanan booter semacam itu.
Kepolisian Belanda juga ikut andil dalam razia terhadap layanan semacam ini di negara lain, tepatnya pada Desember 2018 saat FBI dan Europol juga merazia 15 layanan DDoS. Masa libur akhir tahun -- saat razia itu dilakukan -- dikenal sebagai waktu di mana serangan DDoS paling banyak terjadi.
Baca juga: Selama 2019 Ada 16 DDoS Setiap 1 Menit |
(asj/fay)