Hal ini diutarakan Alfons Tanujaya, pengamat keamanan siber Vaksincom, yang menyebut pengguna internet harus mewaspadai meningkatnya serangan siber dalam bentuk aktivitas ransomware.
"Banyak sekali (serangan ransomware-red). Perkiraan kami di Indonesia dalam 1 bulan terakhir terjadi ratusan infeksi ransomware yang sukses," ujar Alfons ketika dihubungi detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyanderaan yang dimaksud di sini adalah dengan mengenkripsi file tersebut sehingga tak bisa diakses lagi oleh si pemilik. Untuk membuka enkripsi ini, pengguna memerlukan 'kunci' yang bisa didapat dengan membayarkan uang tebusan ke penyebar ransomware.
Pernyataan Alfons ini sejalan dengan laporan analisis dari Bitdefender yang menyebutkan pertumbuhan serangan ransomware belakangan ini semakin besar dan diperkirakan bakal makin sulit dilawan.
Menurut Bitdefender, dari semua serangan cyber yang ada, ransomware adalah jenis serangan yang pertumbuhannya sangat pesar secara year on year. Pertumbuhan malware penyandera ini mencapai 74,2%.
Sebenarnya jumlah laporan serangan ransomware sempat menurun pada pertengahan pertama 2019, yang disebabkan oleh grup hacker di balik ransomware GandCrab mengurangi intensitas serangannya.
Namun sejak itu laporan serangan ransomware melesat kembali, setelah ada ransomware baru yang banyak digunakan dan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh GandCrab.
(asj/fyk)