"Secara umum kita monitor dan tentu kan untuk menghadapi ancaman-ancaman itu tentu semua kan harus ikut bertanggung jawab ya," jelas Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letnan Jendral (Purn) Hinsa Siburian , Rabu (6/11/2019), kepada detikINET di sela acara Cyber Security Indonesia 2019, Jakarta Convention Center.
Ia menjelaskan, berbagai platform tentunya memiliki security masing-masing. Tugas dari lembaga negara dalam hal ini BSSN, adalah meyakinkan bahwa semuanya bisa berjalan dengan baik dan bisa mengamankan apabila terjadi ancaman, termasuk soal spyware Pegasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan kalau misalnya butuh kekuatan, katakanlah untuk membantu, kita akan bantu, kita kirimkan tim," tegasnya.
Diketahui, serangan Pegasus diduga terjadi bulan Mei 2019. Serangan ini menimpa 1.400 pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Pelaku kejahatan memanfaatkan celah keamanan di video call WhatsApp. Setidaknya, ada 100 orang menjadi korban, terdiri dari wartawan, pejabat politik dan kalangan lainnya.
Pegasus digambarkan bukan cuma membobol percakapan di WhatsApp, tetapi juga bisa masuk ke ponsel korban mengambil semua data seluler berupa foto, email, nomor kontak, lokasi, arsip, data history browsing, rekaman audio dan bahkan kamera.
(rns/rns)