Ini Upaya Menkominfo Antisipasi Spyware Pegasus di WhatsApp
Hide Ads

Ini Upaya Menkominfo Antisipasi Spyware Pegasus di WhatsApp

Tim detikINET - detikInet
Rabu, 06 Nov 2019 10:31 WIB
Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET
Jakarta - Spyware Pegasus ramai dibahas lantaran mampu menjebol WhatsApp. Lantas apa usaha Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menangkal Pegasus?

Pertanyaan itu sempat disodorkan Komisi I DPR RI, Anggota DPR RI Sukamta saat rapat kerja dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (5/11).


Menkominfo pun menjawab pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk menjaga pertahanan siber Indonesia dari serangan spyware Pegasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Johnny menjelaskan Kominfo akan bertukar informasi dengan BSSN terkait keberadaan Pegasus di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk mencegah serangan Pegasus.

"Hal-hal yang geo-strategis tentu kita harus berbicara dengan lembaga yang berkompeten, yaitu BSSN. Kominfo setelah ini saya akan melihat patroli siber Kominfo," kata Johnny seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Seperti diketahui Serangan Pegasus ini diduga terjadi bulan Mei 2019 kepada 1.400 pengguna WhatsApp di seluruh dunia, memanfaatkan celah keamanan di video call WhatsApp. Setidaknya 100 orang korban adalah para aktivis politik dan HAM, wartawan atau pejabat pemerintahan.
Pegasus menyebutkan spyware WhatsApp ini bukan membobol percakapan. Namun ketika dia masuk ke ponsel korban dia mengambil semua data seluler berupa foto, email, nomor kontak, lokasi, arsip, data history browsing, rekaman audio dan kamera.

Will Catchart, Head of WhatsApp mengatakan targetnya adalah data penting di ponsel korban. WhatsApp dibobol untuk dijadikan jalan masuk dari kode-kode jahat ke ponsel korban.

"User akan menerima apa yang kelihatannya video call, tapi ini bukan panggilan normal," kata Will Catchart.

Setelah ponsel berbunyi, penyerang diam-diam mentransmisikan kode jahat sebagai upaya menginfeksi ponsel korban dengan spyware untuk membaca pesan dan informasi lain. Pihak yang disasar bahkan tak perlu menerima panggilan itu.

Pegasus hanya butuh nomor ponsel korban untuk mengirimkan kode-kode jahat. Tak cuma itu, Pegasus pun bisa menyusup tanpa jejak, dengan konsumsi baterai yang minimal agar tak menimbulkan kecurigaan.

"(Pegasus) tak meninggalkan jejak, konsumsi baterai, memori dan penggunaan data yang minimal, serta mempunyai opsi untuk menghapus diri sendiri yang bisa digunakan setiap saat," tambah pihak WhatsApp.


Nah masalahnya, salah satu korban yang merupakan aktivis politik Rwanda bernama Faustin Rukundo mengatakan spyware Pegasus masuk lewat WhatsApp call, bukan WhatsApp video call. Namun belum ada penjelasan lebih jauh dari WhatsApp apakah spyware Pegasus menyerang lewat WhatsApp call juga.

Alfons Tanujaya, ahli keamanan cyber dari Vaksincom ketika menanggapi serangan tersebut belum lama ini kepada detikINET mengatakan masyarakat umum jangan langsung panik. Sasaran utamanya adalah tokoh tertentu, bukan warga biasa.

"Sasarannya bukan orang awam. Kalau masyarakat awam yang diserang, nggak balik modal. Tools-nya mahal sekali dan hanya untuk kalangan terbatas," ujarnya.