Penipu tersebut bekerja dengan cara meretas sebuah akun Twitter yang sudah diverifikasi dan memiliki ribuan follower. Kemudian mereka mengganti nama dan avatarnya sesuai dengan akun resmi milik Musk agar tampak meyakinkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penipu ini tampaknya juga membeli iklan di platform media sosial tersebut untuk mempromosikan cuitannya ke lebih banyak pengguna.
Terindikasi tak sedikit Twitter yang terkecoh. Salah satu akun yang pernah diretas, @PantheonBooks, dilaporkan mendapat bitcoin senilai USD 180.000 (Rp 2,6 miliar) dengan menipu pengguna untuk memberikan bitcoin mereka dan menjanjikan keuntungan yang besar.
Tautan bitcoin yang diberikan oleh akun @FarahMenswear yang diretas juga mencatat 100 transaksi bitcoin dalam beberapa jam dan mendapatkan 5,84 bitcoin (Rp 549 juta).
Dalam keterangan resminya, Twitter menegaskan bahwa meniru identitas pengguna lain merupakan pelanggaran terhadap kebijakan mereka. Twitter pun mengatakan telah memperbaiki cara mereka untuk menangani penipuan cryptocurrency di platform-nya.
"Penipu terus mengubah metode mereka dan adalah tugas kami untuk mengawasi dan mengamati tindakan mereka, dan terus bekerja agar selalu bisa selangkah lebih maju," kata juru bicara Twitter seperti dikutip detikINET dari CNET, Selasa (13/11/2018).
"Dalam beberapa kasus, tim yang berwenang untuk menegakkan kebijakan kami sudah mendeteksi aktivitas ini dan menghapusnya sebelum adanya laporan."
(krs/rns)