"Sebenarnya cukup memalukan juga kalau si peretas merasa bangga bisa meretas situs. Jelas-jelas itu tindakan melanggar hukum dan patas mendapatkan hukuman," ujar Alfons saat dihubungi detikINET, Sabtu (7/7/2018).
Mental tersebut ada baiknya diubah. Pemerintah seyogyanya mengomunikasikan kepada masyarakat untuk tidak bangga melanggar hukum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tindakan meretas jelas-jelas melanggar hukum karena mengubah isi komputer pihak lain tanpa izin," tegas Alfons.
Tapi apakah para hacker muda tidak difasilitasi agar tidak salah jalan? Kata Alfons baiknya dilihat latar belakang aksinya terlebih dulu.
Bilamana mereka melakukan peretasan ada bertujuan untuk menimbulkan kekacauan dan latar belakang politik, baiknya jangan difasilitasi. Malah harus diberikan pelajaran yang berat supaya tidak jadi contoh buruk bagi yang lain.
Sebaliknya juka memang benar sang hacker pintar dan murni tidak memiliki tujuan negatif bisa dipikirkan untuk diarahkan dengan baik. Toh Indonesia membutuhkan tenaga IT yang sangat banyak.
"Kalau hanya meretas situs sih bukan sesuatu yang terlalu sulit dan membutuhkan skill tinggi. Yang perlu ditumbukan adalah sikap kesatria untuk tidak bangga melakukan yang salah," tutur Alfons.
"Jika memang jago, silahkan retas situs yang sulit diretas dan informasikan kepada pemilik situs kalau situsanya bisa diretas dan beberkan kelemahannya. Itu baru namanya hacker yang memberikan manfaat," tandasnya.