Praktisi keamanan internet dan siber Alfons Tanujaya menyebutkan BSSN harus dinamis, mengingat yang mereka hadapi adalah serangan siber yang bergerak cepat dan lihai.
"BSSN adalah lembaga pemerintah, jadi isinya kemungkinan besar adalah birokrat. Mereka bekerja berdasarkan SOP dan birokrasi. Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah ancaman siber yang identik dengan dinamis," sebutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di Indonesia kira-kira bagaimana kalau PLN mengalami serangan cyber dan mengalami mati lampu seluruh Jakarta. Atau infrastruktur internet Indonesia dilumpuhkan, dampaknya aktivitas e-commerce, pemesanan transportasi online dan aktivitas yang mengandalkan internet lainnya akan lumpuh," kata Alfons.
Dia mengkritisi bagaimana umumnya birokrat bekerja lamban karena harus mengikuti standard operating procedure (SOP). Dicontohkannya, kebanyakan website milik badan pemerintahan dikerjakan saat awal saja, selanjutnya tidak dirawat dan dikembangkan.
"Jawabannya, yah budgetnya cuma segitu. Mau maintenance tunggu budget tahun depan. Bayangkan kalau Badan Siber bekerja menunggu budget, ada serangan cyber terhadap Indonesia, tapi belum bisa dihadapi dengan efektif. Mengapa? Budget belum turun misalnya," kata Alfons.
![]() |
Lebih Banyak Profesional
Untuk itu, Alfons menyarankan agar BSSN mempertimbangkan merekrut tenaga profesional ke dalam lembaganya. Malah kalau bisa menurutnya, perbandingan tenaga profesional lebih banyak dibandingkan birokrat.
"Menghadapi musuh yang pintar dan dinamis, Anda juga perlu merekrut prajurit yang tidak kalah pintar dan dinamis. Indonesia tidak kekurangan orang pintar dan cinta terhadap kesatuan bangsa.
BSSN juga bisa menggandeng komunitas siber Indonesia untuk aktif terlibat melindungi Indonesia dari serangan, misalnya ID-SIRTII, ID-CERT, PANDI, APJII, IIX hingga para administrator ISP.
"Mereka orang-orang yang memiliki kapabilitas tinggi dan menurut saya berpotensi membantu menjaga kedaulatan cyber Indonesia," sebutnya.
Tak hanya merangkul berbagai pihak untuk proaktif mencegah penyalahgunaan jaringan, Alfons juga memberi masukan agar dalam tugasnya nanti, BSSN bertindak persuasif.
"Hindari sebentar-sebentar main kuasa. Utamakan pendekatan persuasif terlebih dahulu. Kalau sudah persuasif tetap membandel, baru ditindak tegas," tutupnya. (rns/rou)