Perusahaan antivirus Kasperksy menyebut Petya sebagai wiper. Dari hasil temuannya, Petya bergerak seperti pemusnah dengan menghancurkan data-data apapun yang berhasil diinfeksinya. Lebih parahnya lagi, Petya juga menutup peluang bagi data yang telah dihapusnya untuk direstorasi.
Lain Kasperksy, lain pula pendapat id-SIRTI (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure). Lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ini menilai jika Petya masuk ke dalam ransomware. Hal ini karena Petya dimanfaatkan oleh pelaku untuk meminta tebusan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Bisyron juga tidak memungkiri bahwa dalam sejumlah kasus, tidak hanya Petya, kunci untuk membuka enkripsi seringkali tidak bisa dipakai. Padahal korbannya sudah membayar tebusan.
![]() |
Hingga kini serangan Petya paling banyak terjadi di Ukraina, kawasan Eropa Timur, dan Asia Selatan. Di Indonesia sendiri dari pantauan Kominfo belum ada yang melapor terjangkit serangan, tidak seperti serangan WannaCry bulan Mei 2017 lalu.
Namun, Kominfo tetap sigap dan langsung memberikan himbauan kepada masyarakat untuk tidak panik dan menjalankan langkah-langkah pencegaha, di antaranya mencabut jaringan internet, baik itu LAN atau WiFi untuk sementara dan pastikan backup data secara terpisah.
"Kominfo sudah melakukan antisipasi dengan pemberitahuan langkah-langkah mencegah serangan. Himbauan tidak hanya lewat media dan media sosial, tapi juga SMS operator. Karena kita tahu, masyarakat mungkin tidak akan percaya dengan media sosial yang belakangan banyak Hoax beredar," ujar Menkominfo Rudiantara di kesempatan yang sama. (mag/afr)