Hal ini terungkap dari surat yang dikirimkan vendor asal Taiwan itu ke Jaksa Agung Amerika Serikat, di mana mereka mengakui kalau toko onlinenya itu menjadi korban serangan hacker, dikutip detikINET dari ZDNet, Selasa (21/6/2016).
Dalam surat itu Acer mengakui kalau ada pihak di luar perusahaannya yang mencuri data dari toko online tersebut, berupa data lengkap kartu kredit, nama dan alamat para konsumen Acer yang berbelanja di situs tersebut antara pertengahan Mei 2015 hingga akhir April 2016 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Acer tak mengungkap bagaimana bisa toko onlinenya itu menjadi korban serangan hacker. Namun biasanya, peretasan semacam ini terjadi karena ada karyawan perusahaan yang membuka email berisi malware.
Untungnya, bisnis yang dijalankan Acer dari toko online ini masih terbilang kecil. Efeknya akan jauh lebih besar jika peretasan ini terjadi pada portal e-commerce dengan jumlah konsumen yang jauh lebih banyak. (asj/ash)