"Saya belum terlalu paham tentang teknis balon Google. Namun selama pengguna terkoneksi internet, ancaman tetap akan ada," kata Director Systems Engineering ASEAN Symantec Halim Santoso, di Grand Indonesia, Jakarta, Senin (9/11/2015).
Google rencananya akan menerbangkan balon-balonnya di atas bumi Indonesia bagian timur untuk menyalurkan akses 4G LTE bersama Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata dari udara di ketinggian 20 kilometer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun yang jadi masalah, menurut Symantec, pengguna internet di kawasan timur belum terlalu waspada dengan adanya potensi ancaman malware di internet. Tanpa pengamanan, pengguna sinyal balon Google ini bisa jadi target empuk.
"Apalagi jika dibandingkan dengan pengguna internet di kawasan barat, pengguna di kawasan timur Indonesia belum terlalu tech savvy," lanjut Halim.
Indonesia dengan 90 juta pengguna internet mulai dilirik oleh para pembuat malware, khususnya di segmen mobile yang punya 300 juta pengguna, untuk jadi incarannya.
"Indonesia itu masuk ke urutan 13 besar dunia dalam hal potensi ancaman social media scam lewat mobile untuk advanced persistent threats," imbuh Halim.
Dari catatan Symantec, serangan malware kian menjadi-jadi dari tahun ke tahun. Tercatat, 5 dari 6 perusahaan besar terkena serangan dalam setahun terakhir.
Pasalnya, ada 317 juta malware baru tahun lalu dengan satu juta ancaman baru setiap harinya. Mayoritas, 60% serangannya itu -- selain membidik pasar korporasi -- juga menyasar target usaha kecil menengah (UKM).
"Target serangan malware itu biasanya menyasar industri kesehatan, retail, pendidikan, pemerintah, dan lembaga keuangan," ujar Halim.
Melihat kondisi ancaman yang kian meningkat, Symantec pun tak mau tinggal diam. Perusahaan keamanan jaringan internet itu pun merilis solusi Advanced Threat Protection (ATP).
"Solusi ATP ini dapat mendeteksi dan memulihkan ancaman-ancaman di seluruh titik kontrol dari satu konsol hanya dengan satu klik, tanpa agen endpoint baru," pungkas Halim.
(rou/ash)