Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Catatan dari Sydney
Internet of Things dan Ancaman yang Menghantui
Catatan dari Sydney

Internet of Things dan Ancaman yang Menghantui


- detikInet

Sean Kopelke (symantec)
Jakarta - Bisakah kita bayangkan, ketika semua perangkat elektronik yang kita miliki terhubung ke internet. Era itu mungkin tak lama lagi.

Era yang diberi nama Internet of Things (IoT) ini sejatinya sudah dimulai beberapa tahun belakangan ini sejak makin banyaknya gadget yang bisa online.

Sebut saja seperti smartphone, tablet, televisi, mobil, rumah, CCTV, bahkan kulkas. Dan dipastikan, akan masih banyak lagi jumlahnya di masa depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut hitung-hitungan sejumlah perusahaan teknologi, saat ini sudah ada 9 miliar perangkat yang terkoneksi internet.

Angka ini akan melesat enam kali lipat lebih dalam waktu enam tahun ke depan. Di 2020, diyakini jumlahnya mencapai 50 miliar perangkat.

Saat bertandang ke Sydney, Australia, detikINET sempat berdiskusi dengan Sean Kopelke. Petinggi Symantec untuk wilayah Asia Pasifik ini menyambut baik kemajuan teknologi IoT ini karena pastinya akan lebih memudahkan kehidupan manusia.

β€œNamun yang jadi persoalan, tingkat keamanan dari IoT ini masih sangat rendah,” kata Kopelke yang saat ini menjabat sebagai Senior Director of Technology di Symantec.

Tanpa bermaksud menakut-nakuti, Kopelke menyarankan agar isu soal keamanan di era internet of things ini diseriusi agar tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Bicara soal kota cyber, misalnya. Kopelke memberikan contoh, apa jadinya jika ada kelompok hacker yang mencoba mengambialih kota untuk tujuan tertentu.

β€œMulai dari tenaga listrik, air, infrastruktur. Sangat bahaya jika kendalinya jatuh ke orang yang salah. Masalah keamanan harus jadi prioritas jika Indonesia dan kota-kotanya mau menuju ke cyber cities,” sarannya.

Kemudian ia juga sempat membahas soal internet of things di skala yang lebih kecil dan perorangan. Misalnya, wearable device seperti fitness tracking.

Menurut Kopelke, data-data personal yang ada di gelang pintar atau smartwatch itu mungkin saja sekarang masih dianggap sepele. Namun jika berpindah ke orang lain, bisa jadi bahaya.

Pengguna wearable device itu bisa termonitor gaya hidup dan riwayat kesehatannya. Contoh paling mudahnya, data ini akan sangat berguna jika dijual ke perusahaan asuransi.

(rou/ash)







Hide Ads