Parisa adalah wanita tulen yang diandalkan Google dalam bidang sekuriti. Bukan main-main, dia adalah seorang hacker yang menjuluki dirinya sebagai Security Princess. Apa sih tugasnya di Google?
Parisa bertugas menyerang produk Google sendiri, contohnya browser Chrome. Bukan berarti ia ingin menghancurkannya, tetapi tujuannya untuk mencari kelemahan. Sehingga setelah diketahui, bisa langsung ditambal sebelum dieksploitasi oleh para penjahat cyber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Parisa pun memilih jabatannya sendiri, Security Princess, yang ditulis di kartu nama resminya. "Aku pikir jabatan Information Security Engineer terdengar sangat membosankan, aku pakai saja security princess," kata dia seperti dikutip detikINET dari Telegraph, Senin (6/10/2014).
Google sendiri didominasi kaum pria, di mana belum lama ini mereka mengungkap bahwa hanya 30% karyawannya adalah wanita. "Lima puluh tahun lampau, persentase seperti itu juga terjadi di industri pengobatan dan hukum, sekarang sudah berubah," kata dia.
Parisa menilai kemungkinan nanti, para wanita juga bisa setara dengan pria soal persentase keterwakilannnya di dunia teknologi, meski masih banyak tantangan yang menghadang.
Parisa bergabung di Goole sejak tahun 2007 pada saat masih kuliah. Waktu itu, ada yang menilai Parisa diterima di Google karena dia wanita, bukan karena kemampuannya. Tapi dia tidak terlalu peduli dengan ocehan tersebut dan terus maju hingga meraih karir gemilang.
Ayah Asal Iran
Parisa tumbuh besar di Chicago bersama orang tuanya. Ayahnya seorang dokter yang berimigrasi dari Iran. Sedangkan ibunya yang keturunan Polandia, bekerja sebagai perawat. Keduanya pintar tapi tak mengerti komputer.
Sebagai anak sulung dari dua adik pria, dia seolah sudah biasa menjadi bos para lelaki sejak masa kecilnya. Selain itu, ia juga tomboi. "Mereka pikir aku suka mem-bully, tapi aku suka main bersama mereka di permainan olahraga lapangan dan video game," tutur Parisa.
Parisa tidak segan memarahi kedua adiknya itu kalau melakukan kesalahan. Waktu pun berlalu. Ketika tumbuh dewasa, Parisa awalnya bingung ingin melakukan apa.
"Awalnya aku tidak tahu apa yang kuinginkan. Aku ingat mengikuti tes di SMA soal pekerjaan apa yang cocok buatku, jawabannya ternyata polisi. Aku tertawa waktu itu, tapi aku sadar bahwa pada akhirnya, aku memang ada dalam bisnis untuk melindungi orang," lanjutnya.
Parisa memutuskan kuliah teknik komputer di University of Illinois. Dia jatuh cinta dengan dunia hacker dan akhirnya benar benar meniti karir sebagai hacker white hat, sebutan untuk hacker baik, di Google.
Google sendiri sangat sering diserang. Untuk mengantisipasinya, selain mengandalkan tenaga internal seperti Parisa, cara lain dilakukan seperti memberi hadiah bagi hacker di luar yang berhasil menemukan kelemahan di browser Chrome.
Sejauh ini, Google sudah menggelontorkan uang hadiah USD 1,25 juta dan memperbaiki 700 bug yang ditemukan para hacker. "Anda ingin orang-orang seperti mereka ada di pihak Anda, bukan sebaliknya," ucap Parisa.
Parisa sedih jika hacker dianggap jahat, padahal tidak selalu begitu. "Saat ini, hacking bisa menjadi sesuatu yang buruk. Misalnya orang yang mempublikasikan foto selebriti menjadi headline di mana-mana. Apa yang dia lakukan adalah kriminal dan sebagai hacker aku sedih oleh kejadian ini," Parisa mengutarakan tanggapannya soal pembobolan akun Apple iCloud.
Parisa berusaha agar kegiatan hacker makin disukai banyak orang, terutama para wanita. Dia jadi mentor para hacker muda dalam acara tahunan Defcon. "Parisa adalah teladan yang baik, karena dia, aku ingin menjadi seorang hacker," kata Trinity Nordstrom umur 16 tahun, yang menjadi salah satu murid Parisa.
(fyk/tyo)