Peringatan Keras Ilmuwan: Setengah Pantai di Bumi Lenyap Akhir Abad Ini
Hide Ads

Peringatan Keras Ilmuwan: Setengah Pantai di Bumi Lenyap Akhir Abad Ini

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 04 Des 2025 13:02 WIB
Peringatan Keras Ilmuwan: Setengah Pantai di Bumi Lenyap Akhir Abad Ini
Foto: Getty Images/GabrielPevide
Jakarta -

Ekosistem pesisir secara perlahan sedang dihancurkan oleh naiknya permukaan laut. Hal ini terkait dengan perubahan iklim dan meningkatnya perkembangan wilayah pesisir.

Tekanan-tekanan ini mengganggu berbagai spesies yang hidup di lingkungan berpasir, mengurangi peluang untuk pariwisata dan memancing, dan meningkatkan risiko yang dihadapi oleh kota-kota pesisir saat lautan bergerak ke daratan.

Kekhawatiran ini disorot oleh ilmuwan kelautan Uruguay Omar Defeo, seorang profesor di Uruguay's University of the Republic (UdelaR), selama simposium FAPESP Day Uruguay, yang dibuka pada 13 November di Montevideo, Uruguay.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hampir setengah dari pantai akan hilang pada akhir abad ini. Kami di Uruguay, Brasil, dan Argentina berbagi sumber daya ini. Oleh karena itu, kita harus bekerja dalam kemitraan dengan para ilmuwan Brasil untuk mengelola dan melestarikan ekosistem pesisir," kata Defeo dalam presentasinya, dikutip dari SciTechDaily.

ADVERTISEMENT

Defeo menjelaskan bahwa lingkungan pesisir mencakup tiga daerah yang saling berhubungan. Yang pertama adalah gundukan (pasca-pantai), yang terletak di atas garis pasang tinggi tempat angin membangun pasir menjadi pegunungan atau 'gunung pasir.'

Yang kedua adalah pantai (wajah pantai), peregangan berpasir yang ditemukan saat air surut dan tertutup lagi saat air pasang. Yang ketiga adalah bagian yang terendam (kepulauan), yang membentang dari titik terendah pasang ke tempat gelombang mulai pecah.

Sistem yang saling berhubungan

Zona-zona ini membentuk ekosistem pesisir yang saling berhubungan yang penting untuk keseimbangan lingkungan. Bagaimana mereka saling berhubungan?

Angin membawa pasir dari daerah kering ke zona selancar (bagian yang terendam). Ketika ombak bergerak maju, mereka membawa sedimen kembali ke pantai. Gerakan dua arah ini menghasilkan pertukaran konstan Ketika satu zona memberi makan yang lain. Ketika badai datang, bukit pasir bertindak sebagai penyangga.

"Jadi ketika urbanisasi menghilangkan gundukan, hasilnya bisa menjadi penghancuran rumah tepi laut," kata ilmuwan itu.

Dalam sebuah penelitian yang bekerja sama dengan peneliti Brasil yang didukung oleh FAPESP, tim Defeo menemukan bahwa gangguan di salah satu dari tiga zona pesisir yang disebabkan oleh pembangunan perkotaan dapat menyebabkan konsekuensi negatif di seluruh sistem.

Penelitian yang diarahkan oleh ilmuwan Brasil Guilerme Corte, memeriksa keanekaragaman hayati di 90 lokasi di 30 pantai di pantai utara SΓ£o Paulo, Brasil.

Temuan yang dilaporkan dalam jurnal Marine Pollution Bulletin, menunjukkan bahwa volume pengunjung adalah faktor urbanisasi terkuat yang memengaruhi ekosistem pantai.

Jumlah pengunjung pantai yang lebih tinggi terkait dengan penurunan keanekaragaman spesies dan biomassa, dengan pengurangan paling curam terjadi di zona terendam. Konstruksi langsung di atas pasir dan penggunaan peralatan pembersih mekanis juga terbukti menurunkan biomassa dan kekayaan spesies.

Namun, penelitian ini mencatat bahwa kelimpahan keseluruhan (jumlah individu) cenderung meningkat di daerah yang terletak di dekat pusat kota. Para peneliti menjelaskan bahwa pola ini didorong oleh pertumbuhan organisme oportunistik, termasuk polychaetes, yang berkembang pada bahan organik tambahan yan muncul dari aktivitas manusia.

Di atas segalanya, penelitian ini menunjukkan bahwa dampak manusia tidak terbatas pada tempat di mana mereka terjadi [di pasir kering]. Stres seperti konstruksi dan jumlah pengunjung yang tinggi di bagian atas pantai berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati di daerah yang lebih rendah dan terendam," katanya.

Pola erosi global

Studi lain yang dilakukan oleh Defeo dan diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science menunjukkan bahwa seperlima dari 315 pantai yang dianalisis di seluruh dunia memiliki tingkat erosi yang intens, ekstrem, atau parah. Kelompok ini menganalisis berbagai faktor di balik fenomena tersebut, termasuk kenaikan permukaan laut, pola angin, dan gelombang.

"Kami mengamati bahwa aktivitas manusia memainkan peran penting, terutama pada pantai reflektif dengan lereng curam yang menyebabkan gelombang menghilang, dan pantai menengah yang memiliki karakteristik pantai reflektif dan pantai yang tenang atau dissipatif," katanya.




(rns/rns)
Berita Terkait