Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) kembali menggelar ajang bergengsi Anugerah Talenta Unggul Nurtanio Award dan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture (NML) 2025. Penghargaan tahunan ini menjadi bentuk apresiasi tertinggi pemerintah Indonesia bagi tokoh yang berkontribusi luar biasa dalam pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa.
Tahun ini, Dr.-Ing. Ir. Wahyudi Hasbi, S.Si., M.Kom. dinobatkan sebagai penerima Nurtanio Award 2025, sementara orasi ilmiah NML dibawakan oleh Prof. Premana Wardayanti Premadi, Ph.D. Upacara penganugerahan digelar di Auditorium Sumitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Jakarta Pusat, Kamis (27/11).
Kepala BRIN, Arif Satria, menegaskan bahwa penghargaan ini merupakan pengakuan nasional terhadap kontribusi strategis para periset dalam memajukan ekosistem kedirgantaraan Indonesia. "Kami ucapkan selamat kepada para penerima penghargaan atas dedikasi dan kontribusinya, baik secara nasional maupun global," ujarnya seperti dikutip keterangan resmi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Wahyudi Hasbi
WahyudiHasbi saat ini menjabat Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit sekaligus Peneliti Ahli Utama di Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN. Peneliti kelahiran Biak, 25 Oktober 1976, itu dinilai sebagai figur kunci yang membawa Indonesia melangkah lebih dekat menuju kemandirian teknologi satelit.
Sejak kecil Wahyudi bercita-cita menjadi pilot. Namun keterbatasan tinggi badan membuatnya mengalihkan jalan hidup. Kecintaannya pada fisika membawanya menempuh S1 Fisika, hingga kemudian berfokus pada teknologi satelit-bidang yang menurutnya memberi peluang lebih besar untuk membuat Indonesia mampu "terbang lebih tinggi".
Ia meraih gelar Doktor Ingenieur (Dr.-Ing.) dengan predikat summa cum laude dari Technische UniversitΓ€t Berlin, salah satu institusi teknik terbaik dunia. Wahyudi terlibat langsung dalam pengembangan tiga satelit yang menjadi fase penting sejarah kedirgantaraan Indonesia:
- Satelit LAPAN-TUBSAT (LAPAN-A1), satelit mikro pertama Indonesia yang berhasil diluncurkan tahun 2007 bekerja sama dengan Technische UniversitΓ€t Berlin
- LAPAN-A2/LAPAN-ORARI (2015), satelit pertama Indonesia yang membawa transponder radio amatir dan kamera untuk pemantauan maritim
- LAPAN-A3/LAPAN-IPB (2016), satelit pengamatan bumi pertama yang dirakit sepenuhnya di Indonesia
- Penggagas dan mentor program pengembangan satelit nano 1U hingga 3U yang melibatkan ratusan mahasiswa dan engineer muda Indonesia sejak 2010 hingga kini
Wahyudi Hasbi, Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN. Foto: dok pribadi |
Selain itu, ia membimbing pengembangan Surya Satellite-1, serta menjadi penasihat ahli untuk Ridusat-1, satelit riset Universitas Pertahanan.
Dalam banyak kesempatan, Wahyudi menegaskan bahwa teknologi satelit tidak akan berkelanjutan tanpa regenerasi talenta. Ia mulai berkecimpung di bidang ini pada usia 27-28 tahun - pengalaman yang kemudian membuatnya fokus mendorong anak muda agar masuk lebih dini ke disiplin teknologi antariksa.
Ia mempublikasikan lebih dari 70 karya ilmiah, menggagas paten satelit konstelasi ekuatorial, menjadi Adjunct Professor di Beihang University, serta aktif menginspirasi lahirnya startup teknologi satelit di Indonesia.
Jejak kontribusinya mengantar Wahyudi menerima sejumlah penghargaan bergengsi, antara lain:
- Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI
- Innovation Heroes 2022
- Pengakuan dari berbagai komunitas teknologi dan antariksa internasional
Berkat kepemimpinan dan inovasinya, Indonesia kini mampu merancang, merakit, menguji, hingga mengoperasikan satelit secara mandiri. Teknologi satelit yang dikembangkannya telah dimanfaatkan untuk pemantauan kebakaran hutan, illegal fishing, mitigasi bencana alam, komunikasi daerah terpencil, hingga navigasi nasional.
"Dalam era modern, teknologi kedirgantaraan memiliki peran strategis, mulai dari pemantauan lingkungan, mitigasi bencana, komunikasi nasional, hingga pengelolaan sumber daya alam. Inovasi dan kerja keras Dr. Wahyudi Hasbi bersama timnya membuat Indonesia semakin mandiri dan efektif dalam memanfaatkan teknologi satelit untuk kesejahteraan rakyat," tambah Arif Satria.
BRIN juga terus memperkuat infrastruktur riset kedirgantaraan kelas dunia, salah satunya melalui fasilitas pengujian satelit dan stasiun bumi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk rencana pengembangan pusat peluncuran roket di Biak dan Morotai.
"Dengan talenta-talenta terbaik seperti Dr. Wahyudi Hasbi, Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi antariksa, tetapi juga produsen dan kontributor penting di panggung global," tutup Arif Satria.
Wahyudi Hasbi Foto: YouTube BRIN |
Dalam pidatonya, Wahyudi menyebut bahwa penghargaan ini bukanlah pencapaian pribadi, tetapi milik seluruh tim di Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN.
Ia juga mendedikasikan anugerah tersebut kepada keluarga-termasuk orang tua yang datang langsung dari Papua-serta seluruh insan kedirgantaraan Indonesia.
"Nurtanio Award ini adalah amanah, bukan akhir. Semoga kami dapat bekerja lebih baik, lebih tinggi namun lebih membumi demi Merah Putih, demi Indonesia," ujarnya.
(afr/afr)













































