Capung, serangga berwarna cerah dengan sayap transparan yang lincah, sering kali membuat orang takut karena penampilannya yang ganas. Dengan rahang besar dan perilaku predator udara yang rakus, capung kerap dijuluki "jarum penusuk setan" atau "penyengat kuda".
Tapi, benarkah gigitannya berbahaya bagi manusia? Atau justru mitos yang beredar di masyarakat? Mari kita kupas tuntas fakta di balik serangga cantik ini.
Capung Menggigit Jika Diprovokasi
Dilansir dari laman Discover Wildlife, capung memang memiliki kemampuan menggigit. Mereka adalah predator ulung yang menangkap mangsa terbang menggunakan kaki-kakinya seperti keranjang, lalu menghabisinya dengan tebasan rahang yang kuat.
Namun, gigitan terhadap manusia jarang terjadi. Capung hanya akan menggigit jika merasa terancam, seperti saat kamu menangkapnya untuk difoto atau memegangnya terlalu erat saat berusaha melarikan diri.
Menurut fakta ilmiah, hanya capung terbesar yang mampu merobek kulit manusia. Kebanyakan spesies capung memiliki rahang yang tidak cukup kuat untuk melukai kulit tebal manusia.
Hanya dalam kasus ekstrem, seperti saat memasukkan jari ke mulutnya, gigitan bisa menyebabkan luka ringan atau berdarah-seperti pengalaman ayah penulis yang digigit capung bercincin emas saat memegangnya untuk difoto.
Di Indonesia, ada mitos populer bahwa gigitan capung di pusar anak bisa menghentikan kebiasaan mengompol. Namun, ini hanyalah kepercayaan tanpa dasar medis.
Malah, tindakan itu berisiko menyebabkan iritasi kulit, infeksi, atau trauma psikologis pada anak. Belum ada penelitian yang membuktikan manfaatnya, dan justru bisa membawa bakteri dari lingkungan.
Simak Video "Video Bot Streaming Merajalela di Platform Musik, Adib Hidayat: Tidak Sehat"
(afr/afr)