Manusia Hobbit Asal Flores Otaknya Kecil, Ilmuwan Teliti Alasannya
Hide Ads

Manusia Hobbit Asal Flores Otaknya Kecil, Ilmuwan Teliti Alasannya

Aisyah Kamaliah - detikInet
Minggu, 28 Sep 2025 13:14 WIB
Hasil rekonstruksi wajah Homo floresiensis, kerabat manusia yang tinggal di Flores, NTT belasan ribu tahun lalu
Hasil rekonstruksi wajah Homo floresiensis, kerabat manusia yang tinggal di Flores, NTT belasan ribu tahun lalu. Foto: Cicero Moraes/Arc-Team Brazil, Sinop-MT
Jakarta -

Manusia Hobbit asal Flores, Homo floresiensis, memiliki tubuh yang pendek dan kecil. Ilmuwan yang penasaran pun meneliti alasan mengapa mereka mempunyai karakteristik tersebut.

Spesies yang masih kerabat manusia modern ini pertama kali ditemukan tahun 2003 di Gua Liang Bua di Pulau Flores, yang kemudian jadi asal muasal nama mereka. Para arkeolog memperkirakan manusia berotak kecil ini hidup di pulau tersebut sekitar 700.000-60.000 tahun lalu, saat Homo sapiens sudah lama hidup di Australia bagian selatan.

Diketahui bahwa otak manusia mengalami evolusi yang relatif lebih masif, berdasarkan korespondensi ukuran tubuh. Otak yang lebih besar diklaim antropolog membantu manusia mengerjakan tugas yang lebih kompleks seperti menggunakan api, membuat alat, menciptakan karya seni, dan berburu hewan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Homo floresiensis bertubuh pendek, tingginya hanya lebih dari 1 meter, dan memiliki otak seukuran simpanse. Penemuan ini meruntuhkan asumsi bahwa otak telah bertambah besar selama beberapa juta tahun terakhir dan menimbulkan kebingungan tentang apa yang membedakan kerabat manusia modern dalam genus Homo kita dari nenek moyang kita yang lebih kuno.

"Penelitian baru kami tentang tengkorak dan gigi memberikan teori baru tentang bagaimana Hobbit berevolusi menjadi kecil," kata tim ilmuwan yang meneliti soal ini. Mereka adalah Tesla Monson Professor of Anthropology dan Andrew Weitz Assistant Professor of Anthropology dari Western Washington University.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari ScienceAlert, ukuran tubuh Homo floresiensis yang kecil kemungkinan merupakan adaptasi terhadap kondisi unik lingkungan pulau mereka di Flores.

Evolusi ukuran tubuh kecil sebagai adaptasi untuk hidup di pulau terpencil dikenal sebagai nanisme insular. Ada banyak contoh mamalia lain yang menjadi kecil di pulau-pulau selama 60 juta tahun terakhir. Namun, salah satu contoh yang paling relevan adalah gajah kerdil, Stegodon sondaarii, yang hidup di Flores dan diburu oleh H. floresiensis untuk makanan.

Baik Homo floresiensis maupun Homo luzonensis, hominin pulau pendek lainnya dari Asia Tenggara, kemungkinan berevolusi menjadi bertubuh sangat pendek karena dampak ekologis dari terbatasnya ketersediaan makanan dan kurangnya predator besar, yang cenderung menjadi ciri habitat kepulauan.

Karena ukuran otak dan ukuran tubuh saling terkait erat, evolusi ukuran tubuh secara inheren memengaruhi evolusi otak. Di antara manusia modern, orang yang lebih besar memiliki otak yang lebih besar, dan orang yang lebih kecil memiliki otak yang lebih kecil.

"Namun, orang dengan otak yang lebih kecil tentu saja tidak kalah cerdas dibandingkan orang dengan otak yang lebih besar. Variasi ukuran tubuh menentukan ukuran otak; ini bukan ukuran kemampuan kognitif. Para Hobbit pulau membuat peralatan, berburu hewan buruan besar berupa gajah kerdil, dan kemungkinan besar membuat serta menggunakan api," ujar peneliti.

"Penelitian kami mendukung bahwa ukuran tubuh mereka yang kecil berasal dari perlambatan pertumbuhan selama masa kanak-kanak. Namun, proses ini kemungkinan besar hanya berdampak kecil pada fungsi otak atau kemampuan kognitif. Kami berhipotesis bahwa para Hobbit bertubuh kecil tetapi sangat cakap," tandasnya.




(ask/rns)
Berita Terkait