Dari luar angkasa, Topan Super Ragasa 2025 terlihat seperti pusaran awan putih yang tenang. Namun di daratan, badai kategori 5 ini sudah menimbulkan kehancuran besar.
Citra satelit NASA memperlihatkan momen mengerikan saat topan dengan kecepatan angin 177 mil per jam (285 km/jam) itu bergerak menuju China. Melihatnya bikin takjub sekaligus mengerikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Gambar yang diambil satelit Terra NASA pada 23 September pukul 01:40 UTC menunjukkan massa udara lembap selebar 1.000 mil berputar mengelilingi pusat badai. Dari sudut pandang luar angkasa, topan ini tampak indah dan nyaris tenang. Namun, realitas di daratan sangat berbeda.
"Dari orbit, pemandangannya menakjubkan. Namun di darat, badai ini membawa bahaya dan kesulitan nyata," tulis Jonny Kim, Astronot NASA, dalam postingan foto dari orbit sekitar 250 mil di atas Bumi di X.
Jejak Kehancuran
Topan Ragasa mulai terbentuk pada 18 September di Samudra Pasifik bagian barat. Intensifikasi cepat membuatnya melonjak menjadi Kategori 5, level paling ekstrem dalam skala topan.
![]() |
- Filipina: Sedikitnya dua orang tewas, banjir dan tanah longsor menghantam wilayah utara.
- Taiwan: Bendungan di Hualien jebol, menewaskan 14 orang dan menghanyutkan jembatan serta bangunan.
- Hong Kong: Hujan deras dan angin kencang melumpuhkan aktivitas, sekolah ditutup, penerbangan dibatalkan.
Hingga kini, lebih dari 20 orang tewas dan lebih dari 150 orang dilaporkan hilang akibat badai Ragasa.
Topan Ragasa kini mengarah ke Shenzhen dan Guangzhou, dua kota dengan populasi puluhan juta orang. Otoritas China telah mengevakuasi lebih dari 2 juta penduduk, termasuk 770 ribu orang di Guangdong.
Meski biasanya badai melemah saat menyentuh daratan, Ragasa diperkirakan hanya sedikit kehilangan tenaga. Menurut Joint Typhoon Warning Center (JTWC), kondisi atmosfer mendukung badai ini tetap kuat dengan suhu laut hangat dan geseran angin vertikal rendah.
Mengapa Topan Semakin Ganas?
Foto: Kimiya Yui via X.
|
Musim topan Pasifik Barat berlangsung sepanjang tahun, dengan puncak aktivitas pada Agustus-September. Sepanjang 2025, sudah ada 19 topan bernama, namun hanya Ragasa yang mencapai level Kategori 5.
Para ilmuwan menegaskan badai semakin intens akibat pemanasan global. Dengan atmosfer lebih panas dan lembap, siklon tropis:
- Menguat lebih cepat,
- Menghasilkan hujan lebih deras,
- Bertahan lebih lama di daratan,
- Menimbulkan banjir pesisir lebih parah akibat kenaikan permukaan laut.
Artinya, topan ekstrem seperti Ragasa bisa menjadi fenomena yang lebih sering terjadi di masa depan.
Mengukur Siklon Tropis
Kategori 1
Angin (mph): 74 - 95
Kerusakan: Minimal - Tidak ada kerusakan struktural yang signifikan, dapat mencabut pohon dan menyebabkan banjir di wilayah pesisir.
Kategori 2
Angin (mph): 96 - 110
Sedang - Tidak ada kerusakan besar pada bangunan, tetapi dapat menumbangkan pohon dan rambu-rambu. Banjir pesisir dapat terjadi. Dampak sekundernya dapat berupa kekurangan air dan listrik.
Kategori 3
Angin (mph): 111 - 129
Luas - Kerusakan struktural pada bangunan-bangunan kecil dan banjir pesisir yang parah pada mereka yang tinggal di dataran rendah. Evakuasi mungkin diperlukan.
Kategori 4
Angin (mph): 130-156
Ekstrem - Semua rambu dan pohon tumbang dengan kerusakan parah pada atap. Dataran di pedalaman mungkin terendam banjir. Evakuasi mungkin dilakukan.
Kategori 5
Angin (mph): lebih besar dari 156
Bencana - Bangunan hancur, bahkan bangunan kecil pun tumbang. Semua pohon dan rambu tumbang. Evakuasi hingga 16 kilometer ke pedalaman.
Simak Video "Video: Ada Potensi Topan Ragasa, Warga Hong Kong Berburu Stok Makanan"
[Gambas:Video 20detik]
(afr/afr)