Dengan ukuran 6,17 meter dari moncong hingga ekor, Lolong adalah buaya terbesar yang pernah ditangkap, diukur, dan ditempatkan di penangkaran.
Buaya air asin jantan (Crocodylus porosus) ini secara resmi diukur pada November 2011, menurut Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Filipina. Pengukurannya secara resmi dilakukan beberapa bulan setelah hewan tersebut ditangkap dari alam liar pada September 2011.
Baca juga: Siapa Sangka! Ada Buaya Jadi Vegetarian |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buaya itu dikejar bukan hanya karena ukurannya, tetapi karena dianggap sebagai ancaman. Pihak berwenang mencurigainya terlibat dalam setidaknya dua serangan fatal pada 2009, satu terhadap seorang gadis muda dan satu lagi terhadap seorang nelayan, serta berbagai insiden pemangsaan ternak.
Seperti dikutip dari IFL Science, meskipun tidak pernah terbukti secara meyakinkan bahwa buaya ini bertanggung jawab atas insiden-insiden tersebut, Lolong tetap disalahkan. Penangkapan itu pun dianggap sebagai prestasi besar. Dibutuhkan waktu tiga minggu bagi pemburu profesional dan unit pemerintah setempat, upaya 100 penduduk desa, dan bahkan sebuah derek untuk menangkap reptil tersebut dan mengangkutnya dari rawa di Bunawan, di pulau Mindanao, Filipina selatan.
Nama Lolong diberikan pada buaya tersebut sebagai penghormatan kepada seorang pemburu setempat yang terkenal, Ernesto 'Lolong' Conate, yang meninggal karena stroke saat mengatur penangkapan.
Setelah ditangkap, Lolong dibawa ke kota terdekat dan ditempatkan di kandang khusus tempat ia memakan lebih dari 17 kilogram daging babi setiap lima hari. Raksasa lapar itu dengan cepat menjadi daya tarik utama kota, menarik sekitar 500 pengunjung setiap hari ke komunitas terpencil yang berpenduduk 27.000 jiwa.
Ketika pengukuran tersebut resmi dicatat oleh Guinness World Record, Lolong merebut gelar 'buaya terbesar di dunia' dari seekor buaya Australia bernama Cassius Clay, yang berukuran 5,48 meter. Raksasa ini, yang ditangkap pada 1980-an dan diperkirakan berusia lebih dari 110 tahun, mati pada November 2024 .
Sayangnya, Lolong tidak hidup lama di penangkaran. Ia mati pada 10 Februari 2013, kurang dari dua tahun setelah ditangkap. Kelompok hak asasi hewan PETA Asia mengklaim otopsi hewan tersebut menunjukkan buaya itu dipaksa hidup di kandang beton dengan kolam dangkal, yang menyebabkan kematiannya akibat pneumonia stadium akhir, gagal jantung, kegagalan banyak organ, dan respons stres yang tidak adaptif.
Buaya adalah hewan yang sangat kuat dan tangguh, tetapi bahkan raksasa perkasa seperti Lolong terbukti rentan ketika dikeluarkan dari habitat aslinya.
(rns/rns)