Arkeolog Temukan Prasasti yang Dibuat Sahabat Nabi Muhammad

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 18 Sep 2025 16:00 WIB
Foto: Taif-Mecca Epigraphic Survey Project
Jakarta -

Sebuah prasasti Paleo-Arab pada sebuah batu besar dekat sebuah masjid terbengkalai di Arab Saudi kemungkinan besar diukir oleh Ḥanẓalah bin Abī ʿĀmir, seorang sahabat Nabi Muhammad, menurut sebuah studi baru.

Meskipun banyak prasasti dari masa-masa awal Islam telah diketahui, keasliannya masih belum terkonfirmasi, kecuali satu prasasti di wilayah al-Bahah, Arab Saudi, yang dapat dikaitkan dengan sahabat Muhammad, yang kemudian menjadi gubernur Makkah.

Prasasti ini, yang dianalisis para peneliti dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Near Eastern Studies edisi April 2024, hanyalah prasasti kedua yang dikonfirmasi yang atribusinya terkait dengan Muhammad.

Berbeda dengan teks sebelumnya, prasasti ini dipahat pada awal abad ketujuh sebelum Islam mendominasi Arabia, menjadikannya saksi penting bagi Hijaz pra-Islam (wilayah tempat Makkah berada) dan latar belakang agama para pembaca Al-Qur'an. Namun, tidak semua orang sepenuhnya yakin tentang identitas penulisnya. Yang jelas, temuan ini menjelaskan hari-hari awal Islam, kata para peneliti.

"Bertentangan dengan kepercayaan umum bahwa Islam lahir berdasarkan sejarah yang utuh, kita tidak tahu banyak tentang kebangkitan Islam dari sumber-sumber kontemporer," ujar Ahmad Al-Jallad, profesor studi Arab di Ohio State University dan rekan penulis studi tersebut, dikutip dari Live Science.

"Periode waktu itu diselimuti misteri. Prasasti-prasasti ini memberikan dasar yang dapat diverifikasi untuk penulisan sejarah berbasis bukti pada periode ini," sebutnya.

Yusef Bilin, seorang kaligrafer Turki yang mengunjungi sebuah masjid kuno di kota Taif yang diyakini dibangun oleh Ali bin Abi Thalib, Khalifah Islam keempat, menemukan dua prasasti pada sebuah batu besar yang menonjol sekitar 100 meter darinya. Pada 2021, ia menyampaikan hal tersebut kepada para penulis studi.

Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam aksara Paleo-Arab, yang menggambarkan fase akhir pra-Islam dalam alfabet Arab. Para penulis prasasti di bagian atas dan bawah mengidentifikasi diri mereka sebagai Hanzalah, putra Abd-Amr-w dan Abd al-Uzzē, putra Sufyan.

Tulisan tersebut diterjemahkan menjadi "Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah Ḥanẓalah (putra) ʿAbd-ʿAmr-w, aku mendesak (engkau) agar bertakwa kepada Allah" dan "Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah ʿAbd al-ʿUzzē putra Sufyān, aku mendesak (engkau) agar bertakwa kepada Allah."

Para penulis mempelajari biografi Muslim tradisional Muhammad dan catatan silsilah orang-orang Arab dan menemukan bahwa kombinasi nama-nama ini sangat langka. Seseorang bernama Hanzalah, yang ayahnya adalah Abd-Amr, memenuhi kriteria tersebut. Orang ini berasal dari suku Aws, yang bermukim di Yatsrib (sekarang dikenal sebagai Madinah), dan secara menonjol digambarkan sebagai sahabat Muhammad dalam literatur Islam awal.

Penggunaan bahasa Paleo-Arab dengan mudah menunjukkan bahwa prasasti-prasasti ini dibuat pada akhir abad keenam atau awal abad ketujuh dan sangat sesuai dengan garis waktu Hanzalah, sahabat Nabi, yang gugur dalam Perang Uhud pada 625 M. Nama orang kedua, ʿAbd al-ʿUzzē, merujuk kepada dewi pagan Arab, al-Uzza, yang semakin memperkuat gagasan bahwa prasasti-prasasti ini dibuat oleh orang-orang yang bukan pengikut Muhammad, atau setidaknya belum.

Pengamatan ini mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa Ḥanẓalah kemungkinan besar sama dengan yang dikaitkan dengan Muhammad dan bahwa ia mengukir kata-kata ini saat bepergian melalui Taif, mungkin dengan seseorang bernama ʿAbd al-ʿUzzē, sebelum ia memeluk Islam.

"Pada dasarnya tidak masuk akal jika prasasti ini dibuat setelah Muhammad memulai dakwahnya, karena penduduk Taif sangat memusuhi beliau, dan kecil kemungkinan salah satu pengikutnya pergi ke sana dan meninggalkan prasasti ini," ujar rekan penulis studi Hythem Sidky, direktur eksekutif International Quranic Studies Association di Washington, DC, Amerika Serikat.

Al-Jallad menambahkan bahwa patina prasasti dan pola pelapukan menunjukkan prasasti itu sudah ada di sana sejak lama, sehingga menutup kemungkinan adanya pemalsuan modern.

"Artikel ini merupakan karya ilmiah yang sangat mengesankan," ujar James Montgomery , seorang profesor Studi Arab dan Timur Tengah di Cambridge University yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Penelitian ini sangat cermat, teliti, dan cermat dalam penggunaan bukti, dengan setiap klaim didukung dengan tepat melalui referensi terhadap semua bukti yang relevan dan tersedia," sebutnya.

Meskipun Montgomery yakin identifikasi tersebut kemungkinan besar akurat, ia tetap agnostik terhadap klaim bahwa Ḥanẓalah yang disebutkan dalam prasasti tersebut sama dengan yang ada dalam tradisi Islam.

"Saya ingin menunda penilaian sampai kita memiliki dua prasasti lagi yang juga memenuhi kriteria penanggalan ketat yang digunakan para penulis," ujarnya.



Simak Video "Video POV: Lihat Langsung Koleksi Artefak Bersejarah di BRIN"

(rns/rns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork