Video AI Gambarkan Situasi Mengerikan Jika Gunung Fuji Meletus
Hide Ads

Video AI Gambarkan Situasi Mengerikan Jika Gunung Fuji Meletus

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 05 Sep 2025 05:45 WIB
Mt. Fuji in Japan is covered with snow Wednesday, Nov. 6, 2024. (Kyodo News via AP)
Foto: Kyodo News via AP
Jakarta -

Sebuah video viral yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI) menunjukkan dampak dahsyat letusan gunung berapi di Gunung Fuji terhadap Tokyo, Jepang, dan 37 juta penduduknya.

Untungnya, video yang dibuat untuk tujuan edukasi ini tidak bertepatan dengan peningkatan risiko letusan. Video ini hanyalah pengumuman layanan masyarakat yang berkaitan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana Vulkanik Jepang 2025.

Dikutip dari Live Science, video tersebut dirilis pada 22 Agustus oleh Pemerintah Kota Tokyo, memperingatkan kecepatan abu vulkanik yang dapat bergerak dari gunung berapi tersebut ke ibu kota Jepang sebelum menghujani jalan, gedung, rel kereta api, dan infrastruktur lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awan puing dari Gunung Fuji dapat mencapai Tokyo hanya dalam satu hingga dua jam, melumpuhkan jaringan transportasi kota, memutus pasokan listrik, dan memengaruhi kesehatan pernapasan jutaan orang," demikian narasiyang ditampilkan ada subtitle di Bawah video.

ADVERTISEMENT

"Momen itu mungkin tiba tanpa peringatan. Jika Gunung Fuji meletus, abu vulkanik dapat jatuh di Tokyo dan berdampak pada kita dalam berbagai cara."

Dalam video tersebut, seorang perempuan menerima peringatan di ponselnya tentang letusan Gunung Fuji, yang terletak 100 kilometer di barat daya pusat kota Tokyo. Tayangan kemudian membawa penonton dalam tur tentang potensi dampak abu vulkanik terhadap jaringan transportasi, saluran listrik, pasokan air, bangunan tempat tinggal, dan penduduk Tokyo.

"Hanya dibutuhkan sedikit akumulasi abu di landasan pacu dan rel untuk membuat pesawat dan kereta api tidak dapat digunakan," demikian informasi pada video.

"Sedikit abu di jalan dapat memengaruhi pengoperasian kendaraan 2WD (penggerak dua roda), karena jatuhnya abu membatasi jarak pandang dan meningkatkan risiko tergelincir, sehingga menciptakan kondisi berkendara yang berbahaya."

Abu dalam jumlah besar dapat menyumbat saluran pembuangan Tokyo, mencemari pasokan air bersih, menghancurkan saluran listrik, dan merobohkan atap kayu, menurut video tersebut.

Kota juga bisa gelap gulita karena partikel abu menghalangi sinar Matahari, dan akses ke makanan serta kebutuhan pokok lainnya mungkin terhenti sementara. Selain itu, orang-orang mungkin mengalami dampak kesehatan yang merugikan akibat menghirup partikel tersebut, dengan kondisi pernapasan yang memburuk akibat paparan.

Gunung Fuji adalah puncak tertinggi di Jepang, dengan ketinggian 3.776 meter. Terakhir kali gunung berapi ini meletus adalah pada 1707, dan hujan abu berikutnya berlangsung selama dua minggu. Gunung Fuji dulunya meletus sekitar setiap 30 tahun, tetapi sekarang telah tidak aktif selama 318 tahun. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa gunung itu bisa meletus kapan saja.

"Namun, Waktu di video tersebut tidak terkait dengan tanda-tanda letusan, dan tidak ada indikasi bahwa Gunung Fuji akan segera meletus," kata Pemerintah Kota Tokyo dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN.

"Simulasi ini dirancang untuk membekali penduduk dengan pengetahuan yang akurat dan langkah-langkah kesiapsiagaan yang dapat mereka ambil jika terjadi keadaan darurat," kata pejabat pemerintah dalam pernyataan tersebut.

Langkah-langkah kesiapsiagaan meliputi persediaan makanan dan pertolongan pertama. Dalam video itu, diperlihatkan orang tua menunjukkan kepada anak mereka sebuah dapur yang penuh dengan makanan kaleng, air, dan obat-obatan yang siap sedia jika terjadi keadaan darurat.

Video tersebut dirilis untuk Hari Kesiapsiagaan Bencana Vulkanik 2025, tetapi ini bukan pertama kalinya pemerintah Tokyo memperingatkan risiko dari Gunung Fuji. Pada Maret lalu, para pejabat menerbitkan pedoman yang merekomendasikan agar masyarakat selalu menyimpan persediaan penting untuk dua minggu di rumah mereka.

"Pemerintah Jepang telah memodelkan skenario gempa dan letusan gunung berapi selama bertahun-tahun, namun investigasi ini tidak sesuai dengan risiko spesifik dari Gunung Fuji atau fitur geologis lainnya," ujar Naoya Sekiya, seorang profesor dan pakar komunikasi risiko di Universitas Tokyo.

"Tidak ada signifikansi khusus pada waktunya," tegas Sekiya.

Jepang adalah rumah bagi 111 gunung berapi aktif, sekitar sepersepuluh dari total gunung berapi di dunia,karena posisinya di Cincin Api Pasifik, sabuk gunung berapi berbentuk tapal kuda di sekitar Samudra Pasifik.

Negara ini terletak di perbatasan empat lempeng tektonik yang saling bergesekan dan sering bertabrakan, memicu serangkaian gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Bencana alam paling terkenal yang melanda Jepang adalah gempa bumi dan tsunami Tohoku pada 2011. Gempa berkekuatan magnitudo 9 tersebut merupakan yang terkuat dalam sejarah Jepang yang tercatat, dengan peringatan yang diberikan kepada penduduk Tokyo hanya satu menit sebelum gempa dimulai.




(rns/rns)
Berita Terkait