Setelah serangkaian kegagalan, SpaceX akhirnya membuat kemajuan signifikan dalam uji coba peluncuran roket Starship. Roket terkuat di dunia itu baru saja sukses menyelesaikan misinya pada Selasa malam waktu Amerika Serikat, dalam uji penerbangan ke-10 dan mencapai tujuan utama perusahaan.
Starship, yang suatu hari nanti digadang membawa astronot dan kargo ke bulan dan Mars, dipadukan pendorong Super Heavy, tingginya 123 meter, terbuat dari baja tahan karat, dan dirancang oleh SpaceX agar dapat digunakan kembali sepenuhnya.
Dalam uji coba ini, Starship tanpa awak berhasil lepas landas dari menara peluncuran di Starbase di Texas Selatan pada pukul 19.30 ET, di atas pendorong Super Heavy yang ditenagai 33 mesin Raptor. Setelah mencapai luar angkasa pada lintasan suborbital, Starship berhasil menyebarkan serangkaian simulator Starlink, yang menurut SpaceX berukuran serupa dengan perangkat generasi berikutnya.
Tak seperti beberapa misi terakhir yang berakhir lebih awal karena masalah teknis, SpaceX sukses menurunkan Starship ke Bumi dengan pendaratan darurat di Samudra Hindia, sebelah barat Australia, sekitar satu jam setelah lepas landas. Ini adalah sebuah tonggak penting bagi perusahaan.
Sebuah kamera menangkap pendaratan darurat dan menunjukkan ledakan setelah Starship mendarat di air. Ledakan tersebut sudah diperkirakan karena wahana antariksa tersebut tidak dirancang untuk pendaratan di air.
Untuk uji coba kali ini, SpaceX memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat (plunge splashdown) alih-alih menggunakan "sumpit" robotik yang terpasang di menara peluncuran untuk menangkapnya seperti yang dilakukan pada misi-misi sebelumnya, karena ingin mencoba metode pendaratan alternatif.
Sukses uji terbang ke-10 merupakan sebuah kemenangan teknis bagi perusahaan yang tidak diraih dengan mudah. Pada uji sebelumnya di pertengahan Juni, Starship meledak di landasan peluncuran saat uji mesin sebelum penerbangan.
Kemungkinan penyebabnya adalah kegagalan tangki bertekanan yang menyimpan gas nitrogen untuk sistem kendali, yang memicu ledakan tersebut. Ledakan itu terjadi kurang dari sebulan setelah uji terbang kesembilan juga berakhir sebelum waktunya.
Uji terbang kedelapan bulan Maret berakhir setelah kegagalan pada salah satu mesin Raptor tahap atas, menyebabkan bahan bakar terbakar di tempat yang seharusnya tidak terjadi. Puing-puing terlihat di Florida Selatan dan Atlantik, yang mendorong penghentian sementara operasi di bandara terdekat.
Kegagalan serupa terjadi pada Januari 2025 saat uji terbang ketujuh Starship ketika getaran yang lebih kuat dari yang diperkirakan menyebabkan kebocoran propelan, memicu ledakan, dan hilangnya wahana antariksa tersebut. Dalam laporan pasca insiden, SpaceX menyatakan melakukan perubahan untuk meningkatkan keandalan Starship dan pendorong Super Heavy untuk misi berikutnya.
CEO SpaceX, Elon Musk, mengakui ada tantangan besar dalam menciptakan armada pesawat ruang angkasa raksasa yang dapat digunakan kembali, yang mampu membawa manusia ke bulan dan Mars.
"Ada alasan mengapa belum ada roket yang sepenuhnya dapat digunakan kembali yang dibuat, ini adalah masalah yang sangat sulit. Selain itu, roket harus dapat digunakan kembali dengan cepat & sepenuhnya (seperti pesawat terbang). Ini adalah satu-satunya cara untuk mewujudkan kehidupan multiplanet," cetusnya.
Simak Video "Video: SpaceX Ungkap Analisis Awal Penyebab Roket Starship Meledak saat Uji Coba"
(fyk/fyk)