Gunung berapi bawah laut di lepas pantai Pasifik Barat Laut Amerika Serikat diperkirakan akan meletus pada tahun 2025. Gunung laut seperti ini memberikan para ilmuwan kesempatan sempurna untuk mempelajari evolusi kehidupan awal di Bumi dan potensi ancaman penambangan laut dalam.
Kendati demikian, ini menjadi petaka apabila justru peralatan mereka rusak akibat letusan yang akan terjadi.
Gunung Laut Aksial terletak di dasar laut Pasifik, sekitar 480 km di sebelah barat Cannon Beach, Oregon. Gunung ini terletak di tepi Lempeng Juan de Fuca, lempeng tektonik kecil yang berada di sebelah Lempeng Pasifik, lempeng raksasa yang bertanggung jawab atas ratusan gunung berapi yang mengelilingi tepi lautan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terletak di perbatasan tektonik utama, lokasi ini sangat fluktuatif. Gunung Laut Aksial dianggap sebagai gunung berapi bawah laut paling aktif di Pasifik timur laut, dengan letusan terakhir terjadi pada tahun 1998, 2011, dan 2015.
Melansir IFLScience, sejak akhir 2024, para ilmuwan telah memperhatikan bahwa gunung berapi bawah laut ini mulai bergerak dan rongga-rongga dalamnya membengkak. Berdasarkan dugaan umum, gunung ini kemungkinan akan meletus akhir tahun ini dan bisa jadi letusannya besar.
Para ilmuwan dapat berkata demikian karena Gunung Laut Aksial terhubung dengan sangat baik ke jaringan sensor, kamera, dan instrumen yang luas sehingga menyediakan aliran data konstan kepada mereka tentang kondisinya. Bahkan, bisa dibilang Gunung Laut Aksial merupakan bagian dasar laut yang paling banyak diamati di Bumi.
"Mereka telah memasang kabel serat optik bermil-mil yang terhubung dari Newport, Oregon, hingga ke Gunung Aksial. Di atas kabel serat optik itu, terdapat banyak sekali instrumen laut dalam yang telah ditempatkan di dasar laut untuk terus memantau berbagai hal," ujar Rika Anderson, seorang profesor madya di departemen biologi Carleton College.
"Kabel serat optik menyediakan internet dan daya untuk semua instrumen ini, sehingga selalu aktif, yang sangat keren. Saya tidak tahu tempat lain, terutama di bawah laut, di mana kami memiliki pemantauan seketat ini," tambahnya.
Anderson adalah salah satu dari banyak ilmuwan yang menggunakan peralatan di sekitar gunung laut tersebut untuk penelitian. Sebagai seorang ahli biologi yang tertarik pada bagaimana kehidupan berevolusi seiring dengan lingkungannya, Gunung Aksial merupakan laboratorium alam yang ideal.
"Kami menduga bahwa ventilasi hidrotermal kemungkinan merupakan lokasi bagi tahap-tahap awal asal usul kehidupan," jelasnya.
"Ventilasi telah ada sejak sangat, sangat lama. Ketika kami mencoba merekonstruksi seperti apa rupa jenis kehidupan paling awal, banyak orang berpikir bahwa ventilasi hidrotermal bisa jadi merupakan lokasi penting bagi mikroba-mikroba awal tersebut. Mereka mungkin menyukai panas. Mereka mungkin membutuhkan zat-zat seperti besi, belerang, dan emas palsu. Ini bisa jadi sangat penting bagi tahap awal asal usul kehidupan. Dan Anda menemukan semua itu di ventilasi hidrotermal," imbuh Anderson.
Kabar baiknya, manusia di daratan akan sepenuhnya aman dari letusan. Akan tetapi, Gunung Laut Aksial akan membanjiri dasar laut di sekitarnya dengan banjir lava dan puing-puing vulkanik lainnya. Jika peralatan ilmiah berada di jalurnya, banyak penemuan bisa hilang.
"Saya tertarik untuk memahami bagaimana perubahan ekosistem tersebut bisa terjadi sebelum dan sesudah letusan. Itu akan sangat menarik. Dengan asumsi instrumennya tidak terbakar. Kita tidak tahu ke mana lava akan keluar," seru Anderson.
Situasi tak jelas ini semakin mengkhawatirkan dengan pemotongan dana baru-baru ini oleh Pemerintahan Trump terhadap National Science Foundation dan Ocean Observatory Institute, yang membuat masa depan proyek menarik ini (dan banyak proyek serupa lainnya) menjadi tidak pasti.
"Jika letusan benar-benar terjadi, kita tidak tahu seberapa baik kita dapat melanjutkan proyek ini setelahnya, jika semuanya hancur. Ini masih belum pasti saat ini," tutur Anderson.
"Faktanya, kita tidak tahu, bahkan tanpa gangguan, berapa lama proyek ini akan dapat berlanjut karena semua pemotongan dana yang telah terjadi. Itulah satu hal yang sering kita pikirkan akhir-akhir ini," pungkasnya.
(ask/rns)