Wow! Biji Kurma Kuno Berusia 2.000 Tahun Bisa Tumbuh Lagi
Hide Ads

Wow! Biji Kurma Kuno Berusia 2.000 Tahun Bisa Tumbuh Lagi

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 08 Agu 2025 05:46 WIB
date palms growing in a plantation near the dead sea in israel
Ilustrasi pohon kurma (Foto: Getty Images/iStockphoto/crbellette)
Jakarta -

Dua ribu tahun lalu, para pedagang mengangkut keranjang-keranjang berisi kurma di sepanjang jalan berdebu di Yudea, tanpa menyadari bahwa beberapa biji kurma yang roboh suatu hari akan ditemukan di zaman sekarang.

Tahun ini, biji pohon itu berdiri lebih tinggi dari manusia, dengan daun-daunnya yang berbulu melambai-lambai di atas gurun Arava di Israel selatan. Sebuah studi baru telah mendokumentasikan perkecambahan benih kuno ini dan melacak akar genetiknya ke varietas pohon kurma Yudea yang telah lama hilang.

Benih yang Bertahan Ribuan Tahun

Dr. Sarah Sallon dari Hadassah Medical Center dan Dr. Elaine Solowey dari Arava Institute merawat benih kuno pertama, yang kemudian dijuluki Methuselah, untuk berkecambah pada 2005.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikutnya, beberapa pohon pendamping segera menyusul, termasuk pohon betina seperti Hannah yang dapat berbuah ketika diserbuki oleh 'saudaranya'.

Lubang-lubang itu berasal dari penggalian arkeologi di Masada dan gua-gua gurun di dekatnya, tempat para pemberontak dulunya memilih mati daripada ditawan Romawi.

ADVERTISEMENT

Terlindungi oleh udara kering di wilayah tersebut, biji-biji kurma tersebut terhindar dari pembusukan dan gigitan serangga cukup lama hingga dapat digunakan di tanah pot abad ke-21.

Menggali Sejarah

Tim pertama-tama merendam setiap lubang dalam air hangat, lalu merendamnya dalam larutan nutrisi dan hormon pertumbuhan sebelum menanamnya di tanah steril.

Beberapa tumbuh dalam waktu delapan minggu, sementara yang lain berlambat-lambat selama setengah tahun, menguji kesabaran para ahli botani.

Semua cangkang biji dikirim ke laboratorium untuk mengetahui usianya menggunakan uji karbon, yang mengonfirmasi usia yang berkisar dari abad keempat SM hingga abad kedua M.

Setelah tunas hijau muncul, bibit-bibit tersebut dipindahkan ke rumah kaca karantina dengan paparan sinar Matahari gurun dan air desalinasi meniru kondisi dataran banjir kuno.

Mengukur Usia

Hasil radiokarbon saja dapat diperdebatkan, sehingga tim membandingkan ukuran dan bentuk biji dengan 100 varietas kurma modern.

Lubang-lubang kuno itu sekitar tiga puluh persen lebih besar, sesuai dengan yang dituliskan para penulis Romawi tentang hasil panen orang Yudea yang melimpah dan beraroma madu.

Cangkangnya yang tebal kemungkinan memperlambat kebocoran oksigen dan serangan mikroba, yang merupakan faktor kunci dalam umur benih yang ekstrem.

Ketika kurma Methuselah akhirnya mengembangkan daun pertamanya, itu menjadi benih tertua yang pernah berkecambah di bawah perawatan manusia.

Membaca Genom Kuno

Setelah pohon kurma cukup kuat untuk pengambilan sampel daun, para peneliti menggunakan pengurutan DNA untuk membangun genom utuh.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa varietas timur mendominasi abad-abad sebelumnya, sementara varietas selanjutnya membawa gen dari Afrika Utara dan Mesopotamia.

Mosaik genetik itu mendukung pandangan bahwa petani Yudea mengimpor kultivar elit dan menyerbukinya dengan pejantan lokal, sebuah praktik yang membantu kurma menaklukkan pasar yang jauh.

Hal ini juga memberikan petunjuk tentang toleransi terhadap kekeringan, ketahanan terhadap penyakit, dan rasa manis seperti karamel yang dihargai mahal oleh selera orang-orang Timur Tengah.

Kembalinya Benih Kuno

Pohon kurma Yudea bukan satu-satunya benih kuno yang kembali populer. Pada 2012, ilmuwan Rusia berhasil menumbuhkan bunga dari buah yang telah membeku di dalam tanah selama 32 ribu tahun.

Pada 1990-an, ahli botani Amerika Jane Shen Miller menumbuhkan benih teratai yang telah tertidur selama sekitar 1.300 tahun di dasar danau kering China.

Secara keseluruhan, prestasi ini menunjukkan bahwa kulit benih yang protektif, penyimpanan yang dingin atau kering, dan oksigen rendah memperpanjang kelangsungan hidup jauh melampaui jangka waktu pertanian pada umumnya.

Hannah menghasilkan tandan kecil kurma pertamanya pada 2020 setelah menerima serbuk sari Methuselah, dan para relawan menggambarkan rasanya sedikit manis mirip madu.

"Ini bukan kurma Yudea biasa," Sallon mengingatkan bahwa pohon-pohon saat ini masih merupakan campuran genetik, bukan salinan sempurna dari nenek moyang mereka di Zaman Besi. Ia mencatat bahwa para penanam kuno biasanya memperbanyak pohon betina berharga melalui tunas, bukan biji.

Keberadaan bank benih modern yang diupayakan para ilmuwan saat ini, bertujuan menyimpan keragaman tanaman untuk berjaga-jaga jika terjadi guncangan iklim, penyakit, atau perang.

Mengetahui bahwa biji kurma bertahan selama dua milenium menunjukkan bahwa tempat penyimpanan yang sejuk dan kering dapat melindungi ketahanan pangan jauh lebih lama dari target saat ini yang hanya beberapa dekade.

Halaman 4 dari 3


Simak Video "Video POV: Lihat Langsung Koleksi Artefak Bersejarah di BRIN"
[Gambas:Video 20detik]
(rns/fay)
Berita Terkait