Benua Pernah Pecah Akibat Semburan Berlian dari Pusat Bumi

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 01 Mei 2025 14:10 WIB
Pada masa 86 juta tahun yang lalu, retakan vulkanik di tempat yang sekarang disebut Afrika Selatan bergemuruh. Ada semburan berlian dari pusat Bumi. Foto: Rory McNicol/Live Science
Jakarta -

Di masa senja Zaman Kapur, 86 juta tahun yang lalu, retakan vulkanik di tempat yang sekarang disebut Afrika Selatan bergemuruh. Di bawah permukaan, magma dari jarak ratusan km melesat ke atas, melumat batu serta mineral dan membawanya ke permukaan dalam longsoran salju terbalik.

Dikutip dari Live Science, pada 1869, penemuan batu besar dan berkilau yang dilakukan seorang penggembala di tepi sungai di dekatnya membuat lanskap sederhana ini menjadi terkenal.

Batu tersebut merupakan berlian raksasa yang kemudian dikenal sebagai Bintang Afrika, dan bukit-bukit putih menyembunyikan Tambang Kimberley yang di kemudian hari menjadi pusat perburuan berlian di Afrika Selatan, dan mungkin merupakan lubang terbesar di Bumi yang pernah digali dengan tangan manusia.

Berkat Tambang Kimberley, yang juga sering disebut The Big Hole, formasi tempat ditemukannya berlian sekarang dikenal sebagai kimberlite. Formasi ini tersebar di seluruh dunia, dari Ukraina hingga Siberia hingga Australia Barat, namun jumlahnya relatif kecil dan langka.

Lokasi-lokasi ini istimewa, karena magma mereka berasal dari lubuk Bumi yang paling dalam, dari bawah dasar benua di perbatasan mantel konveksi yang panas. Beberapa mungkin berasal dari area transisi antara mantel atas dan bawah.

Dengan demikian, magma ini memasuki batuan yang sangat dalam dan sangat kuno, dan berinteraksi dengan proses lain yang hanya terjadi di kedalaman Bumi, yaitu pembentukan berlian.

Para peneliti telah lama mengetahui bahwa ketika lempeng tektonik bergesekan satu sama lain, mereka menyeret karbon dari permukaan ke kedalaman di mana karbon dapat mengkristal menjadi berlian.

Kini, mereka mulai menyadari bahwa apa yang turun pasti (terkadang) muncul kembali, dan kemunculan kembali karbon ini, yang kini terkompresi menjadi permata yang berkilauan, juga terkait dengan pergerakan lempeng tektonik. Secara khusus, berlian tampaknya meletus ketika superbenua pecah.

"Meskipun prosesnya berbeda, berlian dan kimberlite secara bersama-sama dapat memberi tahu kita tentang siklus hidup zaman superbenua," kata Suzette Timmerman, ahli geologi di University of Bern di Swiss yang mempelajari berlian.

Selanjutnya: Ketika Air Mancur Berlian Menyembur dari dalam Bumi




(rns/rns)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork