Januari 2025 Terpanas Sepanjang Masa, Ilmuwan Kebingungan
Hide Ads

Januari 2025 Terpanas Sepanjang Masa, Ilmuwan Kebingungan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Minggu, 09 Feb 2025 09:10 WIB
Asian woman drying sweat in a warm summer day
Foto: Getty Images/iStockphoto/Pheelings Media
Jakarta -

Serangkaian rekor suhu global terus berlanjut, bahkan saat pola cuaca La Nina mendinginkan Pasifik tropis. Copernicus Climate Change Service, program pengamatan Bumi yang didanai Uni Eropa, mengatakan bahwa bulan lalu adalah Januari terhangat yang pernah tercatat, dengan suhu udara permukaan 1,75C di atas tingkat masa praindustri.

"Januari 2025 adalah bulan mengejutkan lain, melanjutkan rekor suhu yang diamati selama dua tahun terakhir. Copernicus akan terus memantau suhu laut dan pengaruhnya terhadap perubahan iklim sepanjang 2025," kata Samantha Burgess dari European Centre for Medium-Range Weather Forecast.

Hal ini membingungkan ilmuwan. Mereka sebenarnya memperkirakan periode panas akan mereda setelah peristiwa pemanasan El Nino mencapai puncaknya Januari 2024 dan kondisi beralih ke fase La Nina yang berlawanan alias mendingin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, suhu panas masih bertahan pada level rekor atau mendekati rekor, memicu perdebatan tentang faktor-faktor lain yang memicunya. "Ini yang membuatnya sedikit mengejutkan, Anda tak melihat efek pendinginan ini, atau setidaknya hambatan sementara, pada suhu global yang kami perkirakan akan terjadi," kata Julien Nicolas, ilmuwan iklim di Copernicus.

Para ilmuwan mengatakan setiap peningkatan derajat pemanasan di atas 1,5C berpotensi meningkatkan intensitas dan frekuensi peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, hujan lebat, dan kekeringan.

ADVERTISEMENT

Suhu permukaan laut terpantau sangat hangat pada tahun 2023 dan 2024. Copernicus juga mengatakan pembacaan data temperatur laut pada bulan Januari 2025 adalah yang tertinggi kedua yang pernah tercatat. "Itulah yang sedikit membingungkan, yakni mengapa suhu tetap begitu hangat," kata Nicolas yang dikutip detikINET dari Guardian.

Para ilmuwan sepakat bahwa pembakaran bahan bakar fosil telah mendorong pemanasan global jangka panjang, dan bahwa variabilitas iklim alami juga dapat memengaruhi suhu dari satu tahun ke tahun berikutnya. Namun ilmuwan masih mencaritahu faktor lainnya di balik pemanasan Bumi yang berkelanjutan.




(fyk/asj)
Berita Terkait