Gunung Berapi Misterius yang Dinginkan Bumi Tahun 1831 Teridentifikasi
Hide Ads

Gunung Berapi Misterius yang Dinginkan Bumi Tahun 1831 Teridentifikasi

Fino Yurio Kristo - detikInet
Minggu, 05 Jan 2025 13:10 WIB
Kepulauan Kuril
Foto: CNN
Jakarta -

Sebuah gunung berapi misterius meletus begitu dahsyat tahun 1831 hingga mendinginkan iklim Bumi. Kini, hampir 200 tahun kemudian, ilmuwan berhasil mengidentifikasi gunung berapi tersebut.

Letusannya salah satu yang terkuat di abad 19, memuntahkan banyak sulfur dioksida ke stratosfer sehingga suhu rata-rata tahunan di Belahan Bumi Utara turun sekitar 1 derajat Celsius. Peristiwa ini terjadi di akhir Zaman Es Kecil, salah satu periode terdingin Bumi dalam 10.000 tahun terakhir.

Namun lokasi gunung tak diketahui. Peneliti baru-baru ini memecahkannya dengan mengambil sampel inti es di Greenland, mengintip ke masa lalu dengan memeriksa isotop sulfur, butiran abu, dan pecahan kaca vulkanik kecil yang diendapkan antara 1831 dan 1834.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menggunakan geokimia, penanggalan radioaktif, dan pemodelan komputer, ilmuwan menghubungkan letusan 1831 dengan gunung berapi Zavaritskii di Pulau Simushir, bagian dari kepulauan Kuril, wilayah sengketa Rusia dan Jepang.

Letusan terakhir Zavaritskii yang diketahui terjadi di 800 SM. "Untuk banyak gunung berapi di Bumi, terutama di daerah terpencil, kita memiliki pemahaman sangat buruk tentang sejarah letusannya," kata periset Dr. William Hutchison dari University of St. Andrews di Inggris Raya.

ADVERTISEMENT

"Zavaritskii terletak di pulau sangat terpencil antara Jepang dan Rusia. Tidak ada yang tinggal di sana dan catatan sejarah terbatas pada beberapa buku harian dari kapal-kapal yang melewati pulau-pulau ini setiap beberapa tahun," kata Hutchison.

Dengan sedikit informasi tersedia tentang aktivitas Zavaritskii selama abad ke-19, tidak seorang pun sebelumnya menduga gunung itu menjadi kandidat untuk letusan tahun 1831. Peneliti mempertimbangkan gunung berapi yang lebih dekat dengan ekuator, seperti gunung berapi Babuyan Claro di Filipina.

"Letusan ini berdampak ke iklim global tapi keliru dikaitkan dengan gunung berapi tropis untuk jangka waktu lama. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa letusan terjadi di Kepulauan Kuril, bukan daerah tropis" kata Dr. Stefan Brönnimann, kepala unit klimatologi di University of Bern yang dikutip detikINET dari CNN.

"Saya masih terkejut letusan sebesar ini tak dilaporkan. Mungkin ada laporan jatuhnya abu atau fenomena atmosfer di tahun 1831 yang tersimpan di sudut berdebu sebuah perpustakaan di Rusia atau Jepang. Pekerjaan lanjutan menyelidiki catatan-catatan ini benar-benar membuat saya bersemangat," kata Hutchison.




(fyk/rns)