BRIN Luncurkan CHEADSEA, Tingkatkan Riset Evolusi Manusia Prasejarah

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 13 Agu 2024 22:32 WIB
BRIN Luncurkan CHEADSEA, Tingkatkan Riset Evolusi Manusia Prasejarah. Foto: Rachmatunnisa
Jakarta -

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, meresmikan Center For Human Evolution, Adaptations, and Dispersals in Southeast Asia (CHEADSEA). Ia berharap CHADSEA akan melahirkan lebih banyak arkeolog muda di masa depan.

Peluncuran CHEADSEA dilakukan berbarengan dengan rangkaian acara Indonesia Research and Innovation Expo (INARI Expo) 2024 yang digelar di ICC Building Kawasan Sains Teknologi Cibinong, Jumat (9/8). Saat peluncuran, Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) Herry Jogaswara menyampaikan sejarah singkat lahirnya CHEADSEA.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko meresmikan CHEADSEA di INARI Expo 2024 di Cibinong Science Center, Jawa Barat. Foto: BRIN

Mengutip keterangan di situs BRIN, Herry menyebutkan, pusat penelitian ini adalah salah satu unit riset di BRIN yang merupakan kategori 2 center (C2C) yang bernaung di bawah UNESCO.

"Pembangunan pusat ini diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sejak tahun 2014 dan diadopsi sebagai salah satu C2C UNESCO di Indonesia pada tahun 2017. Selanjutnya, tahun 2024, akhirnya CHEADSEA berada di BRIN," ujar Herry.

Indonesia Pimpin Kancah Evolusi Manusia

Ia juga mengungkapkan, Indonesia telah memperjuangkan berdirinya CHEADSEA sejak lama karena sangat cocok berada di Indonesia. Penetapan unit riset ini oleh UNESCO didasarkan pada banyaknya situs prasejarah di Indonesia yang berkonteks evolusi manusia, adaptasi, dan persebarannya.

"Ini sejak awal, Kala Pleistosen hingga pertengahan kedua Kala Holosen sekitar 1,8 juta tahun lalu hingga 4000 tahun silam," bebernya.

Menurut pandangannya, Indonesia memimpin kancah evolusi manusia di dunia sejak akhir abad ke-19 melalui penemuan Pithecthropus Erectus. Selanjutnya, belakangan diketahui ada sejumlah penemuan situs-situs sejenis di Asia Tenggara, seperti Niah dan Lenggong Valley di Malaysia, Gua Tabon di Filipina, dan Trang An di Vietnam.

Persebaran ini menuntut keberadaan CHEADSEA untuk lingkup kerja di Asia Tenggara, baik daratan maupun kepulauan. "Karena, negara-negara ASEAN adalah partner kerja yang sangat erat bagi operasional CHEADSEA," kata Herry.

Fokus Penelitian

Herry menjelaskan, penelitian CHEADSEA dimulai dalam lima tahun ke depan. Fokus risetnya adalah pada proses migrasi manusia di Asia Tenggara, baik di daratan ataupun kepulauan.

"Gelombang migrasi manusia terkait dengan pendudukan Asia Tenggara ini telah dimulai oleh Homo Erectus berawal ketika mereka keluar dari Afrika sejak 1,8 juta tahun lalu," ujarnya.

Selanjutnya, periode tersebut disusul oleh gelombang migrasi Anatomical Modern Humans, lalu kedatangan dan penyebaran ras Australomelanesid, dan migrasi paling akhir oleh para Austronesia sekitar 4000 tahun lalu.

"Masing-masing migrasi memberikan warna tersendiri bagi penduduk di Asia Tenggara dan ini menjadi tugas CHEADSEA untuk merekonstruksinya," tegas Herry.

Ia menekankan lagi, selain migrasi oleh manusia, sudah tentu harus dijelaskan pula kaitannya dengan evolusi fauna, evolusi budaya, dan evolusi lingkungan. Oleh sebab itu, penelitian CHEADSEA bersifat multi disiplin, sehingga sudah pasti akan melibatkan berbagai kajian disiplin ilmu.

Di acara yang sama, peneliti OR Arbastra Harry Widianto mengatakan bahwa sebagai salah satu pencetus, pengajuan Indonesia terkait pengusulan pendirian CHEADSEA sebagai C2C resmi disahkan dalam General Conference UNESCO ke-39 di Paris, Prancis, tanggal 9 November 2017.

"Rangkaian proses pendirian CHEADSEA telah diusulkan sejak tahun 2014. Kemudian dianalisis melalui studi kelayakan oleh evaluator UNESCO pada Desember 2016. Selanjutnya CHEADSEA disahkan dalam General Conference ke-39 pada bulan November 2017," sebutnya.



Simak Video "Video Peneliti BRIN Temukan Spesies Baru, Kadal Buta dari Pulau Buton"

(rns/rns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork