Apa Itu Sedot Lemak dan Inovasi Teknologinya
Hide Ads

Apa Itu Sedot Lemak dan Inovasi Teknologinya

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 01 Agu 2024 21:45 WIB
Close-up Of Plastic Surgeon In Blue Gloves Drawing On Womans Stomach With Pen For Surgery
Foto: Getty Images/AndreyPopov
Jakarta -

Meninggalnya selebgram Ella Nanda Sari Hasibuan setelah melakukan sedot lemak di sebuah klinik di Depok menjadi perhatian masyarakat. Saat ini Kepolisian sedang mengusut kasus tersebut.

Sedot lemak adalah prosedur pembedahan yang menggunakan teknik penyedotan untuk menghilangkan lemak dari area tubuh tertentu seperti perut, pinggul, paha, bokong, lengan, atau leher.

Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sedot lemak dikenal juga dengan liposuction. Prosedur sedot lemak berfungsi untuk membentuk postur tubuh menjadi lebih ideal dan lebih baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa faktor yang menentukan apakah seseorang bisa melakukan prosedur sedot lemak antara lain:

  • Berat badan ideal atau berlebih, namun belum tergolong obesitas
  • Memiliki kulit kencang dan elastis
  • Lemak sulit dihilangkan meski sudah berolahraga
  • Tidak memiliki gangguan pembekuan darah
  • Tidak memiliki kebiasaan merokok
  • Tidak memiliki penyakit sistemik seperti penyakit jantung, kencing manis, atau gangguan imunitas.

Selama dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan peralatan medis yang memadai, prosedur sedot lemak aman dilakukan. Meskipun demikian, ada beberapa keluhan paskaoperasi dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi seperti nyeri, bengkak, mati rasa, maupun memar.

ADVERTISEMENT

Sedot lemak memiliki beberapa efek samping seperti kulit tidak merata, infeksi, pendarahan, alergi obat bius, hingga kontur tubuh jadi tidak rata.

Dimulai dari Prancis

Mengutip laman News Medical, prakti sedot lemak berawal pada tahun 1926, di Paris, Prancis. Saat itu, seorang dokter bedah ternama Charles Dujarier, menerima permintaan tak biasa dari seorang gadis penari balet bernama Mademoiselle Geoffre.

Gadis muda itu terobsesi dengan kesempurnaan, menginginkan kaki yang lebih ramping dan anggun. Dujarier yakin akan keahliannya, dan menerima tantangan tersebut.

Sayangnya prosedur ini menjadi malapetaka. Operasi sedot lemak mengakibatkan komplikasi parah yang menyebabkan Geoffre kehilangan kakinya.

Dujarier yang awalnya dipuja sebagai ahli bedah terkemuka pun dicaci masyarakat lalu dipenjara. Praktik ini meninggalkan luka mendalam di dunia medis dan menjadi noda hitam dalam sejarah awal sedot lemak.

Penemuan Teknik Baru

Tragedi Geoffre nyatanya tidak menurunkan minat orang terhadap sedot lemak. Prosedur ini tetap memikat karena dinilai menjanjikan transformasi tubuh memukau secara instant.

Pada akhir tahun 1960-an, sejumlah dokter bedah Eropa kembali mencoba teknik pemotongan lemak, namun hasilnya masih jauh dari memuaskan. Pendarahan yang berlebihan dan risiko komplikasi yang tinggi menjadi penghalang utama.

Namun, secercah harapan muncul di Italia pada tahun 1974. Dua dokter, Arpad dan Giorgio Fischer, mengembangkan teknik baru yang melibatkan pembuatan semacam 'terowongan tumpul' dan penyedotan lemak.

Teknik ini, yang disebut liposuction, menjadi tonggak penting dalam sejarah sedot lemak. Meskipun masih terbatas pada area paha luar, liposuction memberikan hasil yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dibandingkan teknik sebelumnya.

Inovasi Sedot Lemak

Di tahun 1982, seorang ahli bedah Prancis, Dr. Yves-Gerard Illouz, memperkenalkan teknik baru yang disebut Metode Illouz. Teknik ini melibatkan penyuntikan cairan ke dalam jaringan lemak sebelum penyedotan, yang membantu memecah timbunan lemak dan mengurangi pendarahan.

Meskipun masih memiliki beberapa kekurangan, Metode Illouz membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut. Tak lama kemudian, ahli bedah lain, Pierre Fournier, menambahkan lignokain sebagai anestesi lokal dalam prosedur tersebut.

Penemuan ini kemudian dikenal sebagai 'teknik basah' dan menjadi standar baru dalam prosedur sedot lemak. Lignokain berfungsi mengurangi rasa sakit dan mencegah pendarahan berlebihan.

Penyempurnaan Sedot Lemak

Selanjutnya di tahun 1987, dokter kulit asal California, Amerika Serikat, Jeffrey Klein, menyempurnakan teknik sedot lemak dengan memperkenalkan larutan tumescent. Larutan yang terdiri dari lignokain, epinefrin, dan garam ini, disuntikkan ke dalam jaringan lemak sebelum dilakukan prosedur.

Epinefrin, hormon yang menyempitkan pembuluh darah, secara signifikan mengurangi pendarahan dan risiko komplikasi. Sejak saat itu, teknik sedot lemak terus berkembang pesat. Penggunaan ultrasound, laser, dan teknologi lainnya, meningkatkan presisi dan efektivitas prosedur ini.

Selain itu, para dokter bedah juga mengembangkan teknik-teknik baru untuk mengurangi rasa sakit, memar, dan waktu pemulihan.

Sedot lemak menjadi prosedur bedah kosmetik paling populer di dunia saat ini. Jutaan orang telah merasakan manfaatnya, dari meningkatkan kepercayaan diri hingga memperbaiki proporsi tubuh.

Namun, banyak orang lupa bahwa sedot lemak sejatinya bukan sulap untuk menurunkan berat badan. Prosedur ini paling efektif untuk menghilangkan timbunan lemak membandel di area tertentu seperti perut, paha, atau lengan.

Sedot lemak tidak bisa dilakukan sembarangan. Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter bedah berpengalaman yang mengevaluasi kondisi kesehatan tubuh kita, dan menjelaskan risiko serta manfaat prosedur ini.




(rns/rns)