Umumnya, saat baru menetas dari telur, anak buaya memiliki panjang sekitar 20-30 cm. Pada tahap awal kehidupan, mereka akan bersembunyi di tepian habitat perairan bersama saudara-saudara mereka untuk menghindari predator seperti ikan, burung, dan buaya yang berukuran lebih besar. Perilaku kanibalisme dan pengucilan sosial dalam populasi buaya dianggap berpengaruh signifikan terhadap dinamika populasi dan berperan dalam mengatur pertumbuhan populasi tersebut.
Dilansir dari Britannica selama tiga hingga empat tahun pertama, bayi buaya tumbuh sekitar 30 cm per tahun. Laju pertumbuhan kemudian melambat, namun dapat berlanjut sepanjang hidup. Kemampuan berkembang biak buaya terjadi sekitar 10 tahun dengan panjang tubuh 1,5-3 meter.
Buaya di penangkaran diketahui dapat mencapai usia 70 tahun atau lebih. Estimasi umur di alam liar didasarkan pada laju pertumbuhan dan studi terbatas menunjukkan bahwa umur buaya liar dan di penangkaran mungkin serupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perilaku Buaya
Buaya merupakan hewan nokturnal yang bersifat predator dan menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam air, meski terkadang melakukan pergerakan di darat. Pada awal kehidupannya, buaya memangsa serangga, krustasea, siput, ikan kecil, katak, dan berudu.
Seiring bertambahnya usia, buaya cenderung memangsa ikan, burung air, dan mamalia. Meski jarang terjadi, ada kasus di mana buaya besar memangsa manusia.
Buaya menangkap mangsanya yang berada di air dengan gerakan menyamping rahangnya dan memiliki reseptor tekanan yang sensitif di sekitar mulut untuk mendeteksi pergerakan.
Buaya menggunakan dua cara utama untuk menangkap mangsa darat. Pertama, buaya bisa mengapung diam atau diam di tepian perairan tempat mangsa biasa datang untuk minum. Ketika mangsa lengah dan mendekati air, buaya akan melompat secara tiba-tiba untuk menangkapnya lalu menceburkannya ke dalam air.
Cara kedua, jika mangsa berukuran besar, buaya akan menggigit bagian tubuh mangsa dengan rahang kuatnya. Kemudian buaya akan berputar cepat di dalam air untuk merobek dan melumpuhkan mangsanya.
Uniknya, buaya mengatur suhu tubuhnya dengan bergantian berjemur dan beristirahat di area yang teduh atau di air yang dingin. Buaya berukuran besar dapat mempertahankan suhu tubuh stabil pada kisaran 30-32Β°C selama beberapa jam, meningkatkan efisiensi metabolisme.
Buaya berkomunikasi menggunakan suara seperti mencicit, menggeram, mengaum, dan mendesis. Selain itu, mereka tampaknya juga berkomunikasi menggunakan sinyal kimia. Meskipun otak buaya relatif kecil, mereka mampu melakukan perilaku yang kompleks, belajar dengan cepat, dan mengenali penjaga pada individu yang dipelihara.
![]() |
Lokomosi Buaya
Lokomosi buaya dihasilkan dari bentuk tubuh yang unik dengan struktur 'I-beam' semi-kaku yang memungkinkan transfer energi efisien saat berenang dan berjalan. Saat berenang, buaya menggerakkan ekornya secara lateral. Saat berjalan, buaya menahan tubuh tinggi di atas keempat kaki dengan gerakan sinusoidal khas. Buaya juga mampu berlari jarak pendek.
Bagaimana Buaya Bereproduksi?
Buaya mempunyai cara bereproduksi yang unik, hampir sama kayak manusia nih detikers. Sebelum bereproduksi, pertama-tama buaya di awali oleh pacaran kompleks dengan sinyal perubahan profil tubuh, sentuhan, dan vokalisasi.
Proses kawinnya dimulai ketika buaya jantan menaiki punggung buaya betina, lalu kedua buaya tersebut akan menganyam ekornya sehingga kloaka (lubang reproduksi) saling bersentuhan, memungkinkan penetrasi organ reproduksi jantan.
Meskipun secara umum buaya bereproduksi secara seksual, namun buaya spesies Caiman crocodilus atau buaya Amerika memiliki kemampuan unik untuk bereproduksi melalui proses partenogenesis, yaitu perkembangan keturunan tanpa proses pembuahan. Wow menarik bukan?
Buaya bertelur dengan cangkang keras, dengan jumlah telur bervariasi antara 12-48 tergantung spesies dan ukuran induk. Sebagian spesies menggali lubang untuk meletakkan telur, sementara yang lain ada yang membangun gundukan vegetasi dan tanah.
Jenis kelamin embrio ditentukan oleh suhu inkubasi telur. Setelah menetas, induk betina memberikan perlindungan dan perawatan kepada anak-anaknya selama beberapa waktu.
![]() |
Habitat Buaya
Habitat alami buaya meliputi rawa-rawa, danau, dan sungai, dengan beberapa spesies buaya yang mampu menjelajah hingga ke perairan payau atau laut. Sebagai predator puncak dalam rantai makanan, kehadiran buaya membantu menjaga keseimbangan ekosistem yang sehat dengan mengontrol populasi hewan mangsanya.
Buaya juga memiliki peran dalam menjaga kelestarian habitat perairan tempat mereka tinggal. Mereka menggali liang-liang yang membantu mengalirkan air dan mencegah terjadinya erosi. Selain itu, kotoran buaya juga berkontribusi dalam menyuburkan tanah di sekitar habitat perairan tersebut.
Bentuk dan Fungsi
Bentuk tubuh buaya beradaptasi untuk kehidupan di air dan darat. Tubuhnya memanjang, dengan ekor panjang dan berotot yang memungkinkannya berenang cepat.
Organ-organ penting seperti lubang hidung, mata, dan lubang telinga terletak di bagian atas kepala, sehingga tetap berada di atas permukaan air saat tubuh terendam.
Buaya dapat menutup lubang hidungnya untuk mencegah air masuk saat menyelam. Mata buaya memiliki pupil celah vertikal yang dapat menyesuaikan cahaya. Lapisan tapetum lucidum di belakang mata memantulkan cahaya, membantu penglihatan di malam hari.
Buaya juga memiliki rahang dengan deretan gigi kerucut yang berjumlah hingga 100 lebih. Gigi ini terus diganti secara berkelanjutan. Lidahnya tebal dan menempel kuat di dasar mulut.
Punggung dan ekor buaya ditutupi pelat bertulang besar. Sisik pada bagian bawah tubuhnya lebih kecil dan halus. Sisi tubuh buaya dapat merenggang untuk memudahkan pernapasan dan mengakomodasi betina bunting.
Meskipun mempunyai kaki yang pendek, namun kaki buaya terbilang kuat dan memiliki selaput renang. Ekornya mengecil ke ujung dengan dua puncak sisik segitiga.
Buaya memiliki jantung dengan atrium dan ventrikel yang sepenuhnya terpisah, memungkinkan peredaran darah terpisah antara darah beroksigen dan tidak beroksigen.
![]() |
Paleontologi
Buaya merupakan reptil diapsid, memiliki dua bukaan di setiap sisi tengkorak. Mereka termasuk dalam subkelas Archosauria yang juga mencakup dinosaurus. Tengkorak buaya menunjukkan adanya fenestra (bukaan) temporal atas dan bawah di belakang soket mata, serta gigi yang tumbuh dari soket.
Buaya primitif (Protosuchia) dari Zaman Trias memiliki moncong pendek dan lubang hidung internal (choanae) relatif jauh ke depan. Saat evolusi berlanjut, choanae buaya bergeser ke belakang. Pada Mesosuchia dari Zaman Jura dan Kapur, choanae berada di tulang palatina. Pada buaya modern (Eusuchia), choanae berada di tulang pterygoid di bagian belakang langit-langit. Studi genetik DNA buaya digunakan untuk mengidentifikasi spesies dan hibridisasi alami.
Fitur Taksonomi Buaya
Keluarga dan genera buaya dibedakan terutama dari anatomi tengkorak, seperti proporsi moncong, struktur tulang rahang, jumlah gigi, dan pola pelat tubuh. Aligator memiliki moncong berbentuk U dengan 'overbite', sedangkan buaya memiliki moncong berbentuk V dengan gigi rahang bawah yang menonjol keluar saat mulut tertutup.
*Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(afr/afr)