Fakta Ilmiah Ular King Cobra, Bisanya Mematikan!
Hide Ads

Fakta Ilmiah Ular King Cobra, Bisanya Mematikan!

Mohammad Frizki Pratama - detikInet
Minggu, 16 Jun 2024 13:45 WIB
Angry king cobra in attack position
Ular King Cobra. Foto: Getty Images/iStockphoto/DikkyOesin
Jakarta -

Banyak orang tentu mengetahui ular King Cobra. Ular ini dikatakan memiliki bisa yang mematikan. Ular king cobra (Ophiophagus hannah) adalah ular berbisa terpanjang di dunia, yang dapat mencapai panjang hingga 5,7 meter. Namun, panjang rata-rata ular king cobra dewasa biasanya sekitar 3 hingga 4,5 meter dengan berat sekitar 12 kg.

Di Indonesia, ular king cobra dikenal sebagai ular tedung, ular lanang (Jawa), ular totok (Jawa), dan ular tedong selor (Kalimantan). Dilansir detikINET dari buku Kisah 1001 Fakta-Fakta Paling Super oleh Nia Kamaladewi, ular ini banyak tersebar di Asia Selatan dan Tenggara, hidup di hutan dataran tinggi.

Untuk lebih memahami ular king cobra, berikut penjelasan mengenai taksonomi, persebaran dan habitat, perkembangbiakan, serta fakta-fakta mengenai bisanya. Informasi ini dilansir dari laman Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, serta situs Universitas Krisnadwipayana dan Universitas Teknologi Nusantara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taksonomi Ular King Cobra

Berikut ini adalah klasifikasi ilmiah dari hewan ular king cobra yang dikutip dari Buku Pintar Hewan Buas oleh Jumanta:

  • Nama hewan: King Cobra/Kobra Raja
  • Kerajaan: Animalia
  • Filum: Chordata
  • Kelas: Reptilia
  • Ordo: Squamata
  • Sub-ordo: Serpentes
  • Famili: Elapidae
  • Genus: Ophiophagus
  • Spesies: Ophiophagus hannah
  • Morfologi Hewan Ular King Cobra

Bagian atas tubuh ular king cobra (dorsal) biasanya berwarna coklat kekuningan atau keabu-abuan dengan kepala yang lebih terang. Sementara bagian bawah tubuhnya (ventral) berwarna keabuan atau kecoklatan, dengan dada dan leher berwarna kuning cerah atau krem dan pola belang hitam yang terlihat jelas saat lehernya dibentangkan.

ADVERTISEMENT

Ular king cobra memiliki kepala besar dengan moncong pendek dan tumpul. Di belakang sisik ubun-ubun terdapat perisai oksipital besar, perisai labial (bibir) berjumlah tujuh dan beberapa bersentuhan dengan mata, yang memiliki pupil besar dan bundar.

Ular king cobra memiliki 15 deret sisik dorsal di bagian tengah tubuhnya, dengan 215 hingga 262 sisik ventral. Sisik anal tunggal, sementara sisik subkaudal berjumlah 80 hingga 120, terdiri dari sisik tunggal dan sisik berpasangan.

Penyebaran dan Ekologi

Ular king cobra tersebar luas di berbagai negara seperti India, Bhutan, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Kamboja, China Selatan, Laos, Thailand, Vietnam, Semenanjung Malaya, dan Filipina. Di Indonesia, ular ini dapat ditemukan di hampir semua wilayah, termasuk Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sulawesi.

Ular king cobra dapat hidup di berbagai habitat mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Habitatnya mencakup gua, hutan, rawa, semak belukar, lahan pertanian, dan bahkan area sekitar pemukiman.

Perilaku Bergerak

Seperti ular pada umumnya, ular king cobra bergerak melata mendekati mangsanya dengan lidah terjulur. Saat bergerak, tubuhnya membentuk lengkungan maju.

Ular ini memiliki lidah bercabang seperti garpu yang merasakan getaran udara dan menangkap partikel-partikel kecil, kemudian disimpan di Jacobson's organ di langit-langit mulutnya, memungkinkan ular mendeteksi mangsa hingga sejauh 100 meter.

Perilaku Makan

Dalam hal berburu, ular king cobra pertama kali akan menggigit dan menyuntikkan bisa ke mangsanya untuk meniadakan perlawanan. Setelah mangsa mati, ular ini akan menelannya utuh.

Spesies ini terkenal karena kebiasaannya memangsa berbagai jenis ular berbisa, termasuk kanibalisme terhadap jenisnya sendiri. Oleh karena itu nama latin dari ular king cobra adalah Ophiophagus yang mempunyai arti sebagai pemakan ular lain.

Selain itu, mangsa lainnya seperti python, biawak, tikus ular, dan burung. Hal itu memungkinkannya bertahan hidup tanpa makanan selama berbulan-bulan berkat metabolisme yang lambat.

Perilaku Bertahan Hidup

Ular king cobra, meskipun terkenal agresif, sebenarnya cenderung tenang dan hanya menunjukkan perilaku agresif saat merasa terancam oleh hewan lain atau manusia. Sebagai peringatan, ular ini akan berdiri tegak, melebarkan tudungnya, mengeluarkan desisan keras, dan kadang-kadang menyemburkan bisa sebagai pertahanan.

Meskipun bisa tidak ditujukan untuk membunuh, dampaknya bisa menyebabkan kebutaan sementara jika mengenai mata. Namun itu dapat diatasi dengan mencuci mata dengan air bersih.

Perilaku Berkembang Biak

Sebelum induk bertelur, ular king cobra membuat sarang dari dedaunan kering. Sarang ini terbagi menjadi dua bagian, bagian bawah untuk menaruh telur dan bagian atas untuk menjaga telur.

Setiap kali bertelur, mereka dapat menghasilkan 20-50 telur dengan masa inkubasi sekitar 71-80 hari. Ular king cobra muda biasanya memiliki panjang tubuh sekitar 50-52 cm setelah menetas.

Bisa Ular King Cobra

Ular king cobra biasanya sangat ditakuti oleh manusia karena bisa yang mematikan dan perilaku agresif saat menyerang, meskipun sebenarnya racunnya tidak lebih berbahaya dibandingkan ular lain. Namun, ular ini mampu menyuntikkan racun hingga 5 kali lipat lebih banyak dari ular mamba hitam, yang dapat menyebabkan kematian lebih cepat.

Dilansir dari lama Britannica, racun king kobra disebutkan dapat melumpuhkan gajah Asia dengan waktu 3 jam saja setelah gajah tersebut tergigit.

Bisa king cobra bersifat neurotoksik yang mengganggu sistem saraf, cukup untuk mengakibatkan kematian pada 10 orang dengan satu gigitan. Bisa tersebut dapat menyebabkan sakit yang hebat, gangguan penglihatan, vertigo, kelumpuhan otot, dan bisa mengakibatkan kegagalan jantung dan pernapasan dalam beberapa jam.

*Artikel ini ditulis oleh Mohammad Frizki Pratama, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(asj/asj)
Berita Terkait