Sejak berakhirnya zaman es besar yang terakhir, sekitar 10 ribu tahun yang lalu, dunia telah kehilangan sepertiga hutannya. Dua miliar hektar hutan telah ditebangi untuk bercocok tanam, ternak, dan digunakan sebagai kayu bakar.
Meskipun manusia telah melakukan penggundulan hutan selama ribuan tahun, laju hilangnya hutan meningkat pesat dalam beberapa abad terakhir. Separuh dari hilangnya hutan global terjadi antara tahun 8.000 SM hingga tahun 1900. Separuh lainnya hilang dalam satu abad terakhir saja.
Untuk memahami hilangnya hutan yang terjadi baru-baru ini, mari kita menengok 300 tahun terakhir. Bumi kehilangan 1,5 miliar hektar hutan selama periode tersebut. Namun hilangnya hutan akibat deforestasi juga ditambah perluasan hutan melalui aforestasi, upaya penghijauan dengan penanaman pohon di daerah atau lahan yang bukan hutan.
"Laju dan lokasi hilangnya hutan telah banyak berubah. Dari tahun 1700 hingga 1850, 19 juta hektar lahan ditebangi setiap dekadenya," demikian seperti dikutip dari Our World in Data.
Sebagian besar hutan beriklim sedang di Eropa dan Amerika Utaralah yang hilang saat ini. Pertumbuhan populasi berarti bahwa negara-negara kaya saat ini membutuhkan lebih banyak sumber daya seperti lahan untuk pertanian, kayu untuk energi, dan untuk konstruksi.
Deforestasi di Abad Ke-20
Memasuki abad ke-20, terjadi perubahan bertahap dalam permintaan lahan pertanian dan energi dari kayu. Laju deforestasi semakin cepat. Dan titik panas deforestasi pun berubah dari yang semula setara dengan wilayah Afrika Selatan. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh deforestasi hutan tropis di negara-negara Asia dan Amerika Latin.
Hilangnya hutan secara global tampaknya mencapai puncaknya pada tahun 1980an. Laporan Food and Agriculture Organization (FAO) PBB tahun 1990 memperkirakan bahwa deforestasi di negara-negara berkembang tropis mencapai 154 juta hektar.
Namun, diperkirakan bahwa pertumbuhan kembali hutan-hutan tua dapat mengimbangi sebagian dari hilangnya hutan tersebut, sehingga menyebabkan kerugian bersih sebesar 102 juta hektar.
Penilaian Sumber Daya Hutan PBB yang terbaru memperkirakan bahwa kehilangan hutan telah menurun dalam tiga dekade terakhir, dari 78 juta hektar pada tahun 1990an menjadi 47 juta hektar pada tahun 2010an.
Negara-negara di daerah beriklim sedang telah melalui periode tingkat deforestasi yang tinggi, sebelum tren ini melambat dan berbalik arah. Namun, banyak negara khususnya di daerah tropis dan subtropis, masih mengalami transisi. Laju deforestasi masih sangat tinggi.
Deforestasi Masih Tinggi di Wilayah Tropis
Kawasan hutan yang luas masih hilang di daerah tropis hingga hari ini. Hal ini sangat tragis karena wilayah tersebut mempunyai konsentrasi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
PBB memperkirakan bahwa laju deforestasi telah menurun sejak tahun 1990an. Namun, hanya ada sedikit kemajuan dari tahun 1990an hingga 2000an, dan diperkirakan terjadi penurunan angka sebesar 26% pada tahun 2010an.
Pada tahun 2022, FAO menerbitkan penilaian terpisah berdasarkan metode Penginderaan Jauh. Lembaga ini tidak melaporkan data tahun 1990an, namun juga memperkirakan penurunan laju deforestasi sebesar 29% dari awal tahun 2000an hingga tahun 2010an.
Ini merupakan kemajuan, namun perlu dilakukan lebih cepat. Dunia masih kehilangan sejumlah besar hutan primer setiap tahunnya. Perluasan hutan merupakan hal yang positif, namun tidak menghapuskan kebutuhan untuk mengakhiri deforestasi.
Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Sejarah penggundulan hutan sangatlah tragis. Kita tidak hanya kehilangan bentang alam liar nan indah namun juga satwa liar yang ada di dalamnya.
Fakta bahwa transisi hutan bisa dilakukan seharusnya memberi kita keyakinan bahwa masa depan yang positif bisa saja terjadi. Banyak negara tidak hanya mengakhiri deforestasi, namun benar-benar mencapai reboisasi besar-besaran.
Generasi kita akan dapat mencapai hal yang sama dalam skala global dan mengakhiri sejarah hilangnya hutan selama 10 ribu tahun.
Jika kita ingin mengakhiri deforestasi, kita perlu memahami di mana dan mengapa hal tersebut terjadi, di mana negara-negara berada dalam masa transisi, dan apa yang dapat dilakukan untuk mempercepat kemajuan mereka melalui hal tersebut.
Kita harus melewati titik transisi ini secepat mungkin, sambil meminimalkan jumlah hutan yang hilang di sepanjang jalan menuju pencapaian itu.
Simak Video "Menteri AHY Angkat Bicara Soal Ramai Seruan 'All Eyes on Papua'"
(rns/rns)