Ini Tahun Terburuk Sepanjang Sejarah, Bumi Dilanda Kegelapan
Hide Ads

Ini Tahun Terburuk Sepanjang Sejarah, Bumi Dilanda Kegelapan

Aisyah Kamaliah - detikInet
Jumat, 07 Jun 2024 19:15 WIB
A person cycles through heavy fog in Dublin, Ireland, January 11, 2018. Picture taken January 11, 2018. REUTERS/Clodagh Kilcoyne
Ilustrasi kegelapan. Foto: Dok. REUTERS/Clodagh Kilcoyne
Jakarta -

Bumi berabad-abad silam pernah dilanda kegelapan selama lebih dari setahun. Bahkan Michael McCormick sejarawan dan arkeolog dari Harvard University Initiative for the Science of the Human Past mengatakan masa itu adalah 'tahun terburuk' untuk hidup sepanjang sejarah, yaitu pada tahun 536.

Semua bermula dari kabut misterius yang melanda Eropa, Timur Tengah dan sebagian Asia. Kabut itu menimbulkan kegelapan selama 18 bulan lamanya. Matahari terlihat bagaikan Bulan, suhu pun mendadak turun drastis.

Dikutip detikINET dari IFL Science, temperatur di musim panas juga turun. Salah satu yang terparah adalah di China, di mana musim panasnya sempat diwarnai dengan turunnya salju.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari cuaca yang buruk, ini berpengaruh pada hasil panen yang gagal. Bencana kelaparan juga melanda dan mengambil banyak nyawa-nyawa tidak berdosa. Kemalangan ini melanda hingga berpuluh tahun, tepatnya sampai tahun 660.

Lantas, apa yang menjadi penyebab tahun buruk 536? McCormick dan ahli glasiologi Paul Mayewski dari Climate Change Institute of The University of Maine (UM) di Orono mengatakan kemungkinan ini dikarenakan letusan gunung vulkanis di awal tahun 536 yang diikuti dua letusan besar di tahun 540 dan 547.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, dari studi cincin pohon pada 1990-an, menunjukkan bahwa musim panas sekitar tahun 540 sangat dingin. Sampai akhirnya, inti es kutub dari Greenland dan Antartika memberikan petunjuk dari penyebab dinginnya era tersebut.

Ketika gunung berapi meletus, dipercaya ia memuntahkan belerang, bismut, dan zat lain tinggi ke atmosfer, di mana mereka membentuk selubung aerosol yang memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa, sehingga mendinginkan planet ini.

Dengan mencocokkan catatan es dari jejak kimia ini dengan catatan iklim cincin pohon, tim yang dipimpin oleh Michael Sigl (sekarang dari Bern University) menemukan bahwa hampir setiap musim panas yang luar biasa dingin selama 2.500 tahun terakhir didahului oleh letusan gunung berapi.




(fyk/fyk)
Berita Terkait