Pakar BRIN Blak-blakan yang Bikin RI Sulit Kembangkan Roket Luar Angkasa
Hide Ads

Pakar BRIN Blak-blakan yang Bikin RI Sulit Kembangkan Roket Luar Angkasa

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 06 Mei 2024 21:30 WIB
In this grab released by the Roscosmos space corporation on Thursday, April 11, 2024 an Angara-A5 rocket lifts off from Vostochny space launch facility outside the city of Tsiolkovsky, about 200 kilometers (125 miles) from the city of Blagoveshchensk in the far eastern Amur region, Russia. Russia on Thursday successfully test-launched a new heavy-lift rocket from its Far Eastern space complex, a lift-off that comes after two aborted attempts earlier in the week. (Natalya Berezhnaya, Roscosmos Space Corporation via AP)
Ilustrasi roket luar angkasa. Foto: Roscosmos Space Corporation via AP
Jakarta -

Tak sedikit yang bertanya, "Kenapa Indonesia belum bisa mengembangkan roket luar angkasa?". Pertanyaan itu dijelaskan oleh Pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket BRIN, Rika Andiarti, mengungkapkan perkembangan teknologi sekarang ini semakin pesat, salah satunya teknologi roket. Disampaikannya bahwa bidang yang berkembang pesat, yaitu pendekatan dan metoda peluncuran, serta jasa pelayanan.

Adanya tren perkembangan satelit kecil juga memunculkan perusahaan-perusahaan rintisan atau startup di bidang jasa peluncuran satelit kecil. Jasa peluncuran ini tidak terbatas pada negara tertentu saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Roket-roket yang dulunya meluncurkan satelit besar kini mulai beralih untuk meluncurkan satelit kecil. Sekarang ukuran roketnya juga tidak besar tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil. Regulasi yang mempermudah juga membantu para startup untuk menjalankan usahanya," ujar Rika dikutip dari website BRIN, Senin (6/5/2024).

Sementara untuk perkembangan teknologi roket di Indonesia, lanjut Rika, saat ini berada pada fase penguatan. Pada fase ini riset ditargetkan pada peningkatan dimensi dan jarak jangkau, peningkatan nilai Isp (Impuls Spesifik) Propelan, pengembangan material ringan dan tahan temperatur tinggi, desain wahana dan riset RX450.

ADVERTISEMENT

"Kita sudah melewati fase fondasi seperti riset dasar teknologi propelan, riset dasar roket uji skala lab, RX150 dan RX250," paparnya.

Rika menjelaskan, jika fase penguatan sudah dikuasai selanjutnya adalah fase Sonda. Pada tahap ini roket ditargetkan menembus Karman Line (batas tegas antara Bumi dengan luar angkasa), menguasai sistem separasi, jangkauan sistem telemetri, trajectory correction control (kontrol koreksi lintasan) dan riset RX452.

"Riset teknologi roket itu tidak mudah karena roket adalah teknologi yang sensitif dan berbahaya. Kerjasama dengan negara lain juga tidak mudah karena roket ini memiliki dua fungsi, yaitu sipil dan militer," kata Rika.

"Negara-negara lain tidak ingin teknologi kuncinya diketahui pihak luar karena tidak ada yang bisa menjamin apakah roket itu nantinya dipakai untuk kepentingan sipil atau militer. Di bangku kuliah pun ilmu yang diberikan hanya secara umum bukan ilmu yang kritikal," ucap Rika menambahkan.

Meski demikian, Rika mengatakan, para periset terus berupaya menguasai teknologi secara mandiri. Saat ini terdapat tujuh kelompok riset diantaranya dinamika roket dan kontrol, insulator termal, propelan dan piroteknik, propulsi maju, propulsi roket padat, sistem telemetri serta struktur roket dan material.

"Selain itu juga para periset terus meningkatkan kompetensinya dengan melanjutkan pendidikan hingga S3," pungkasnya.




(agt/fyk)