Menyedihkan, Bumi Sekarat Makin Terpolusi Sejak Industrialisasi
Hide Ads

Menyedihkan, Bumi Sekarat Makin Terpolusi Sejak Industrialisasi

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 25 Apr 2024 16:40 WIB
Asap Polusi pabrik. dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Menyedihkan, Bumi Sekarat Makin Terpolusi Sejak Industrialisasi (Foto: Dikhy Sasra/detikcom)
Jakarta -

Banyak dampak positif yang dihasilkan dari Revolusi Industri. Namun, salah satu dampak negatif terbesarnya adalah dampak industrialisasi terhadap lingkungan. Sumber daya alam dieksploitasi, udara kota industri tercemar kabut asap tebal, dan perairan tercemar berat dengan minyak dan puing-puing.

Seiring dengan berlanjutnya industrialisasi, bahkan setelah Revolusi Industri, tanda-tanda kerusakan lingkungan menjadi semakin nyata. Beberapa bencana lingkungan terjadi akibat pesatnya urbanisasi dan polusi yang dibawa oleh industrialisasi ke Bumi.

Polusi yang parah

Dimulai pada pertengahan abad ke-18, Revolusi Industri pertama memperkenalkan teknologi baru ke dunia yang mempercepat produksi dan konsumsi bahan. Revolusi Industri kedua terjadi satu abad kemudian di Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia, yang memperkuat cara hidup baru bagi banyak orang. Salah satu dampak lingkungan terbesar dari Revolusi Industri adalah banyaknya polutan yang dilepaskan ke lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepadatan kota menyebabkan kondisi kehidupan yang tidak sehat dan kotoran di jalanan. Emisi pabrik yang disebabkan oleh mesin uap bertenaga batu bara dilepaskan ke atmosfer. Saluran air tercemar oleh minyak dan puing-puing akibat praktik industri yang tidak tepat yang menyebabkan terjadinya bencana.

Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer Bumi terus meningkat pada awal Revolusi Industri dan terus meningkat sejak saat itu. Dengan meningkatnya industrialisasi, permintaan bahan bakar fosil mulai menunjukkan tren peningkatan emisi berbahaya bagi manusia.

ADVERTISEMENT

Seperti dikutip dari The Collector, dampak emisi ini tidak segera disadari pada tahap awal Revolusi Industri. Banyak tanda-tanda memburuknya industrialisasi di dunia baru terlihat beberapa dekade setelah Revolusi Industri kedua.

Penipisan lapisan ozon, perlindungan alami Bumi terhadap sinar ultraviolet yang berbahaya, disadari oleh para ilmuwan pada tahun 1980an. Polusi udara menyebabkan kabut asap tebal yang disebabkan oleh pabrik-pabrik yang menutupi kota-kota industri. Hal ini menimbulkan risiko kesehatan, seperti penyakit pernapasan bagi penduduk dan merugikan satwa liar.

Masalah kualitas air mulai meningkat karena saluran air pun terkena dampak industrialisasi. Pembuangan limbah, puing-puing, minyak, dan limbah lainnya yang tidak tepat dialirkan ke saluran air.

Tanda-tanda pertama permasalahan kualitas air dimulai pada akhir abad ke-19. Polutan berbahaya yang mengalir ke sungai, aliran sungai, danau, dan lautan menyebabkan penyakit dan wabah penyakit lainnya.

Saluran air adalah bagian dari ekosistem rapuh yang mendukung dan menampung berbagai macam satwa liar. Tumpahan minyak dan polutan yang masuk ke perairan ini menyebabkan hilangnya banyak satwa liar.

Menipisnya sumber daya alam

Salah satu sumber daya alam yang penting bagi industrialisasi adalah batu bara. Sarana lain untuk menghangatkan rumah, membuat besi, dan pabrik listrik dengan cepat digantikan ketika industri pertambangan batu bara komersial berkembang pesat pada awal abad ke-19.

Kayu sebelumnya digunakan untuk memanaskan rumah dan menjalankan pabrik bertenaga air, dan arang digunakan untuk membuat besi. Seiring dengan berkembangnya industri pertambangan batu bara, sumber daya ini digantikan oleh batu bara.

Mesin uap merupakan kontribusi penting bagi Revolusi Industri. Penemu mesin uap, James Watt asal Skotlandia berupaya memperbaiki model mesin uap sebelumnya yang dibuat oleh Thomas Newcomen pada tahun 1700-an.

Hal ini membuat mesin uap cukup efisien untuk menggerakkan pabrik. Batubara digunakan untuk membuat besi untuk mesin uap, juga membantu menghasilkan tenaga. Ketika industrialisasi terus berkembang, kebutuhan akan batu bara juga meningkat.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, minyak dan gas alam ikut serta dalam eksploitasi sumber daya alam. Sumur minyak pertama di Amerika Serikat dibor di Pennsylvania pada tahun 1859. Hal ini menyebabkan munculnya era batubara, dan para pengusaha berebut untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis tersebut.

Peraturan untuk mengendalikan ekstraksi sumber daya alam kemudian diberlakukan dalam upaya melestarikan sumber daya Bumi yang tidak terbarukan. Menipisnya sumber daya alam menyebabkan rusaknya lahan dan habitat satwa liar, sehingga menurunkan keanekaragaman hayati. Hal ini juga menyebabkan beberapa energi tak terbarukan mempunyai jangka waktu yang lebih pendek untuk habis, dan beberapa di antaranya diperkirakan akan habis pada tahun 2100.

Meningkatnya permintaan batubara dan sumber daya alam lainnya menyebabkan eksploitasi dan penipisan sumber daya tak terbarukan tersebut. Hal ini juga berkontribusi terhadap polusi udara dalam jumlah besar karena penggunaannya di pabrik dan rumah di kota-kota industri.

Praktik penambangan yang tidak tepat juga menyebabkan polutan beracun mengalir ke saluran air. Hal ini mengawali tren pemborosan dan konsumsi berlebihan yang terus berdampak pada lingkungan selama beberapa dekade.

Selanjutnya: Bencana Lingkungan Akibat Revolusi Industri >>>

Urbanisasi perparah kerusakan lingkungan

Ketika orang-orang mulai melakukan perjalanan ke seluruh negeri dan menetap di wilayah baru, aktivitas manusia di wilayah yang berubah ini memengaruhi lahan dan habitat satwa liar.

Industrialisasi menyebabkan peningkatan urbanisasi. Orang-orang lebih banyak berpindah-pindah. Kota, lingkungan sekitar, dan pinggiran kota dengan cepat terbentuk seiring dengan peningkatan populasi yang pesat.

Pembangunan manusia, secara langsung dan tidak langsung, menyebabkan kerusakan dan kehancuran habitat. Beberapa populasi hewan menurun secara signifikan akibat perburuan yang berlebihan.

Populasi lainnya menurun karena polusi dan hilangnya habitat. Daftar spesies terancam punah pertama disusun dan dirilis oleh Amerika pada tahun 1967. Daftar tersebut mencakup lebih dari 70 spesies, termasuk burung, ikan, reptil, amfibi, dan mamalia. Undang-Undang Spesies Terancam Punah (Endangered Species Act) ditetapkan setahun sebelumnya pada tahun 1966 untuk membantu melindungi hewan langka dan habitatnya dari eksploitasi lebih lanjut.

Bencana lingkungan akibat Revolusi Industri

Sebagai akibat dari industrialisasi, beberapa bencana lingkungan terjadi di kota-kota industri di Amerika dan dunia. Peristiwa ini merupakan tanda jelas bahwa polutan berbahaya yang dilepaskan ke atmosfer dan saluran air telah memperburuk lingkungan. Bencana lingkungan hidup mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, sekitar 100 tahun setelah Revolusi Industri kedua dimulai.

Kabut Asap Besar tahun 1952 merupakan bencana yang membuka mata yang menyebabkan selimut kabut tebal menutupi seluruh kota London, Inggris. Antara tanggal 5 Desember hingga 9 Desember 1952, kabut asap memenuhi jalanan London karena banyaknya asap yang keluar dari cerobong rumah dan pabrik.

Kabut asap terbentuk karena kombinasi pembakaran batu bara dan peristiwa cuaca antisiklon yang menyebabkan udara menjadi hangat dan terdorong ke bawah, sehingga asap terperangkap di bagian bawah atmosfer. Diperkirakan 1.000 ton partikel asap dan 2.000 ton karbon dioksida dikeluarkan setiap hari selama peristiwa tersebut berlangsung. Banyak orang menderita masalah pernapasan, dan akibatnya sekitar 4.000 orang meninggal. Sebagai tanggapan langsung terhadap peristiwa kabut asap, Undang-Undang Udara Bersih tahun 1956 disahkan di Inggris.

Beberapa sungai dan saluran air besar di Amerika mengalami polusi berat akibat pembuangan limbah dan limbah yang tidak tepat. Sungai Cuyahoga di Ohio adalah salah satu sungai paling tercemar di seluruh negeri pada pertengahan tahun 1900-an. Beberapa kebakaran terjadi di sungai karena pencemarannya dengan puing-puing dan limbah berminyak. Pada tahun 1912, sungai tersebut terbakar, yang mengakibatkan lima orang meninggal. Salah satu kebakaran paling merugikan di sungai terjadi pada tahun 1952, yang mengakibatkan kerugian sebesar USD 1,3 juta.

Kasus yang paling terdokumentasi dengan baik terjadi pada tahun 1969. Sungai tersebut terbakar karena penumpukan puing-puing berminyak di bawah tiang kayu yang terletak di bawah rel kereta api. Kebakaran diperkirakan terjadi karena percikan api yang dihasilkan oleh kereta api yang melewati kawasan tersebut. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan nama Kebakaran Sungai Cuyahoga. Nyala api berhasil membesar hingga setinggi lima lantai dalam waktu 20 menit dan menyebabkan kerugian sekitar USD 50 riibu

Kebakaran Sungai Cuyahoga membuat masyarakat Amerika was-was dengan kondisi saluran air tersebut. Hal ini mendorong Kongres untuk mengesahkan Undang-Undang Kebijakan Lingkungan Nasional (NEPA) pada tahun berikutnya, pada tahun 1970. Undang-undang tersebut merupakan langkah besar menuju perlindungan lingkungan yang menyebabkan beberapa peraturan lingkungan lainnya dibuat dalam upaya mengelola sanitasi serta polusi udara dan air.

Upaya konservasi

Keadaan lingkungan hidup pada tahun 1960an hingga 1970an menjadi perhatian banyak orang. Dampak industrialisasi menjadi semakin nyata seiring dengan memburuknya bencana lingkungan hidup. Dalam upaya memerangi kerusakan lingkungan, undang-undang dan program diterapkan untuk mengurangi polusi, melestarikan sumber daya alam, dan melindungi tanah dan satwa liar dari kehancuran.

Keberhasilan Hari Bumi pertama yang diperingati pada April 1970 memberikan contoh pentingnya kesehatan lingkungan bagi masyarakat. Hari Bumi kembali muncul pada tahun 1990, yang menyatukan 200 juta orang dari seluruh dunia untuk mendukung kesehatan lingkungan. Hal ini juga membantu mengungkap program daur ulang. Gerakan lingkungan hidup mendapat dukungan di masa yang berfokus pada ide-ide yang lebih progresif.

Rangkaian undang-undang yang diterapkan sepanjang gerakan lingkungan hidup memberikan dampak yang sangat besar dengan mengendalikan aktivitas manusia yang menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Halaman 2 dari 2
(rns/fay)